Takut tidak hanya sebuah kata yang menjelaskan bagaimana perasaan tidak nyaman saat berhadap dengan sesuatu yang dianggap ngeri. Makin dewasa, makin sadar kalau "takut" ternyata lebih luas daripada sekedar "takut hantu", "takut film horror", "takut tidur sendiri". Kata itu telah berkamuflase menjadi sesuatu yang lebih rumit. Serumit tidak bisa tidur setiap malam, selalu mimpi buruk, cepat emosi padahal cuma masalah kecil, tidak tenang, tidak tenang, tidak tenang.
"Takut" sudah menjadi kata yang aku pakai setiap hari. Iya, s e t i a p h a r i. Rasanya percuma sekali Ibu dan Ayah mengajarkanku dari kecil untuk menjadi anak yang pemberani. Rasanya cukup membuat mereka kecewa dengan segala ketakutan yang aku punya.
Nyatanya, ini bukan masalah bagaimana jantan dan maskulinnya kamu dalam menjalani hidup, kalau kamu seorang laki-laki. Bukan masalah bagaimana sabar dan telitinya kamu dalam melewati setiap masalah, kalau kamu seorang perempuan. Ini bukan masalah bagaimana kata "takut" melekat dengan gender. Ini masalah semua orang. Tidak peduli dia telah melewati berapa ribu kali quarter life crisis, tidak peduli dia sudah sesukses apa di bidangnya, tidak peduli dia sudah jatuh berapa kali. Ini masalah semua orang, semua manusia.
Takutnya orang akan berbeda-beda, tidak bisa disamakan. Kalau aku, aku takut kalau proposalku berjalan tidak lancar, aku takut kalau kkn ku tidak sesuai keinginanku, aku takut kalau aku tidak bisa mengerjakan skripsi dengan baik, aku takut tidak lulus tepat waktu, aku takut percaya pada orang lain karena nyatanya setiap orang ada masanya, mungkin masaku telah habis dengan orang yang aku percaya, lalu aku akan sendiri dan jalan sendiri, hah. Ini klise, tapi aku juga takut jatuh cinta, takut hubungan berikutnya berakhir sama dengan yang sebelumnya, ataupun kalau bisa serius, aku akan takut menjalani masa depan seumur hidupku dengannya. Aku juga takut tidak bisa membahagiakan orang tuaku yang selalu berusaha dengan keras membahagiakanku, aku takut ditinggalkan oleh mereka. Aku takut, takut sekali berhadapan dengan kematian disaat banyak mimpi yang belum bisa aku wujudkan.
Banyak sekali ketakutan yang asik berputar-putar di kepala dan pikiranku. Mengelabui setiap perasaan optimis yang datang, sehingga membuatku sering bertanya "aku ini sedang betulan optimis atau hanya menghibur diri sendiri?"
Jujur saja, aku sedang berusaha meyakinkan diri, aku sedang tidak suka mendengar orang mengeluh, aku sedang berusaha tidak mengeluh, tapi nampaknya gagal terus. Aku tidak tahu, apakah harus dibiarkan saja atau aku harus melakukan sesuatu? Masalahnya, kalau aku biarkan, perasaan ini semakin membesar seperti balon yang siap meletus. Kalau aku melakukan sesuatu, hal itu malah membuatku makin bingung.
Tidak tidak, aku tidak sedang membutuhkan siapa-siapa. Aku hanya ingin bersama diriku, memecahkan bersama bagaimana "takut" ini bisa sedikit mereda dan setidaknya aku bisa kembali tidur dengan nyenyak.
Komentar
Posting Komentar