Ketika
aku tanya Diana, dia menyarankan untuk mengatakan apa saja yang aku rasakan,
apa saja dan kapan saja. “Kalau dia benar mencintaimu, dia akan paham dan tidak
masalah dengan marahmu”.
Ketika
aku tanya Claudia, dia menyarankan “katakan saja jangan mengode apapun. Laki-laki
terlalu bodoh untuk diberikan kata-kata halus”.
Ketika
aku tanya Windari, dia menyarankan “show him random things of you”.
Ketika
aku tanya Liana, dia menyarankan “omongin baik-baik saja”.
Aku
membenarkan semuanya. Tentang apapun yang mereka sarankan adalah ada benarnya.
Tentang aku dan kamu yang terhimpit rasa bosan, yang hari ini malah mengawali
pagi dengan perdebatan lalu berujung saling mengegosikan diri merasa paling
berjuang dan “coba kamu baca baik-baik, coba kamu flashback ke belakang sedikit,
apa pernah aku nggak ada buat kamu?”
Ternyata,
saran-saran memang penting sangat amat penting. Tapi, ada satu hal yang perlu
dipahami. Kamu, tidak akan pernah menjadi Gus Ade, juga bukan Dino, bukan pula
Yudha apalagi Shotaro. Kamu hanya seorang Reno yang aku suka dengan sederhana
dari 2020. Tidak seharusnya aku melihatmu sebagai keempat laki-laki yang
sahabatku punyai. Tidak seharusnya aku berlagak paling iya di hubungan ini. Aku
yang selalu bilang, “hubungan ini punya kita berdua ya”. Aku juga yang selalu
gagal untuk menjadi ‘berdua’. Mungkin ada-mu tidak pernah aku sadari bentuknya.
Lalu, siapa yang paling tidak peka sebenarnya? Siapa yang paling tidak ada
sebenarnya? Kita. Salah kita berdua. Hubungan ini punya kita berdua, bukan?
Aku
tidak mau mengucapkan hati-hati di jalan seperti lagu tulus. Kamu tidak sedang
pergi. Kamu hanya lelah lalu tidur sebentar. Aku juga tidak sedang pergi
kemana-mana, hanya sedang lelah dan melepas bayangmu sebentar (tapi tidak
bisa).
Reno,
aku tidak ingin rambut panjangku jadi sebahu.
Komentar
Posting Komentar