Langsung ke konten utama
Aku Tetap Jatuh Cinta di Tahun Pertama
(Bagian Spesial)


Baik. Di bagian sebelumnya aku menuliskan bahwa aku akan membuat bagian spesial untuk kenangan "kemah di bulan desember." Malam ini hujan. Dengan ditemani teh hijau hangat tanpa gula, aku akan memulai membuka kenangan tentang dia yang masih aku ingat.

Tempat kami berkemah sangat sepi dan hijau. Tempatnya di sebuah agrowisata, tapi tidak terlihat seperti agrowisata. Malah lebih terlihat seperti kebun buah yang kurang dirawat.

"Serem."
"Gapapa, kita ramai."
"Semangat semua!"

Regu kami terdiri dari 10 orang yang semuanya aku kenal baik. Banyak sekali kenangan selama mengikuti ekstra kurikuler yang sudah kami lewati. Mulai dari menjadi regu terbaik ketika kegiatan outbound, sampai beratus - ratus kenangan yang susah sekali untuk aku lupakan. Tapi, yang paling aku suka dari mereka adalah ketika membayar iuran regu,mereka tidak pernah menghilang dan membuat banyak alasan. Aku merasa tenang menjadi Bendahara reguku. 

Kami membangun tenda sesuai pembagian daerah yang sudah diarahkan oleh kakak kelas kami. Cukup susah untuk membangun tenda. Meskipun sejak SMP aku sering mengikuti perkemahan, tapi tidak pernah punya pengalaman tidur di tenda apalagi membuat tenda. Maklum, ketika SMP aku berkemah di sebuah taman makam pahlawan dan sudah tersedia bangunan seperti aula yang cocok untuk tempat tidur ketika berkemah. 

Setelah tenda berdiri dengan dibantu oleh beberapa orang dari regu laki-laki, kami mulai menaruh barang - barang. Mengatur tempat untuk memasak, menata tas - tas ransel agar nyaman untuk tidur, kemudian mulai melanjutkan berbagai kegiatan yang sudah dijadwalkan. Mulai dari upacara pembukaan, berbagai perlombaan, sampai mencari jejak yang mengharuskan untuk siap kotor.

Jujur, dengan adanya perkemahan ini,aku menjadi tahu sifat asli teman - teman reguku. Ada yang manja, dewasa, mandiri, dan bisa diandalkan. Semuanya aku rasa saling menguatkan dan saling berusaha ada untuk satu sama lain meskipun terkadang ada saja emosi yang memuncak,tapi masih bisa teratasi. 

Saking banyaknya kegiatan yang jelas berlangsung sampai sore hari, membuat pikiranku cukup sibuk. Sehingga pikiranku tentang dia agak tersingkir. Tapi, ketika acara api unggun dan kanyita, aku merasa rindu dengannya. Entah dia merasakan hal yang sama atau tidak,yang jelas saat itu aku sangat ingin bertemu dengannya.

"Bagus lagunya."
"Iya."
"Jadi kangen seseorang."
"Aku juga."

Malam hari tiba. Saatnya untuk tidur. Semua regu mulai masuk ke dalam tenda. Kami juga. 

"Pengen pipis."
"Ayo cepet. Keburu jam malamnya habis."
"Ayo."

Aku dan temanku keluar tenda sebentar untuk buang air kecil. Jarak dari tenda ke toilet cukup jauh. Harus melewati jalan setapak kecil yang akan menuju dapur, atau bisa juga melewati kebun pohon naga,tapi tidak ada lampu. Jadi, kami memilih melewati jalan setapak kecil. Sudah cukup sepi, hanya ada beberapa siswa yang mungkin ke toilet juga atau mencari sesuatu di dapur karena lapar. Juga ada beberapa guru yang terlihat masih mengobrol. Malam ini dingin,mungkin akan hujan.

"Tungguin aku."
"Iya cepet,aku takut."

Aku menunggu temanku yang masuk ke toilet duluan. Jalan setapak di depan toilet cukup sepi. Aku takut. Tai syukurlah, tidak lama setelahnya ada beberapa orang teman laki- laki yang lewat, mungkin ingin ke toilet juga. Kami saling menyapa dan mengobrol sebentar. Sesudah ritual di toilet selesai, kami kembali ke tenda. Kami mengobrol kecil sepanjang perjalanan kembali ke tenda.

"Pacarmu Pramuka ya?"
"Iya."
"Hati - hati dia selingkuh."
"Emang bisa?"
"Suasana kemah itu rawan selingkuh."
"Hah..."
"Kita gak pernah tahu apa yang akan terjadi saat kita jauh kan."

Aku memilih diam dan memikirkan perkataannya. Mungkin benar,mungkin juga tidak. Aku tidak tahu. Apa aku bisa percaya padanya? Entahlah. Mungkin lebih baik aku segera tidur.

"Ayo sini rapet- rapetin, dingin."
"Iyaa dingin banget."
"Cerita horor yuk."
"Jangan. Nanti beneran horor."
"Cerita apa dong?"
"Cerita tentang kalian aja."
"Nih, cerita tentang pacarnya kamu aja." Salah satunya menunjuk padaku.
"Gak mau.Ayo tidur. Nanti malah diomelin karena ribut."
"Bener juga. Bu Juli galak." Salah satu nama guru pembina sekaligus guru BK di sekolah. Tahu kan ya gimana galaknya guru BK? Aku tidak perlu jelaskan lagi. 

Akhirnya kami mencoba untuk tidur, meskipun masing - masing dari kami tahu kalau ini hanya tidur - tiduran. Tapi, belum lama kami mencoba terlelap, hujan turun. Awalnya hanya gerimis kemudian menjadi cukup sedang Kami merasa terpal yang menjadi tenda kami agak menetes, bocor maksudnya.

"Untung bawa selotip."
"Nah gimana nih caranya nempel?"
"Dari dalem lah."
"Oh iya."

Kehebohan di dalam tenda berusaha mencari lubang penyebab bocornya masih aku ingat sampai sekarang. Memang, untuk urusan mencari penyebab bocor, jangan pernah percayakan pada perempuan, ribut banget.

Setelah bocor dapat diatasi, kami akhirnya terjaga dari tidur. Mendengarkan suara hujan yang kian deras dan menjadi deras beneran. Kami merasakan kini air merembes dari samping tenda. Heboh. Aku akhirnya keluar dari tenda berusaha untuk mencegah air masuk dengan apa saja yang bisa aku ambil (kayu dan batu contohnya). Aku belajar, kalau membangun tenda dengan terpal, saluran air di sekitar tenda haruslah dalam agar tidak bernasib sial seperti kami. 

Setelah hujan deras yang biasa saja, akhirnya dilanjutkan dengan hujan deras yang menakutkan dengan petir yang menyambar dan suaranya yang membuat hati kami ketakutan. Bahkan beberapa temanku ada yang menangis. Wajar sih, kami newbie.

"Aku takut."
"Aku juga."
"Aku gamau mati disini."
"Hush! gak mungkin lah."
"Aku takut pohonnya tumbang." Ya, kami mendirikan tenda dibawah pepohonan yang tumbuh di samping kiri dan kanan tenda.
"Udah.Selametin barang - barang kita!"

Kemudian kami mendengar kehebohan diluar tenda. Aku mengecek keluar, regu - regu yang lain sudah di luar tenda. Kondisinya basah, riuh, ramai, panik dan kacau. Sepertinya semua tenda kebanjiran, kalau tidak segera pindah,semuanya tidak bisa diselamatkan, termasuk jadwal tidur kami.

Dari arah timur, aku melihat kakak kelasku yang merupakan senior di PMR berlari dengan menggunakan jaketnya sebagai payung. Dia bersama kakak - kakak senior yang lain menyelamatkan kami untuk segera diungsikan. Beberapa teman laki - laki juga ikut membantu regu - regu perempuan. Sampai sekarang, aku merasa salut dengan sikap laki - laki seperti mereka. 

Akhirnya kami diungsikan di sebuah ruangan yang lumayan luas. Awalnya aku kira itu kamar penjaga atau sejenisnya, tapi baru masuk ke dalam ruangannya, sungguh, itu bisa menampung semua anggota regu perempuan. Sampai detik ini aku tidak tahu itu ruangan apa. Yang aku tahu,aku tidur dengan beralaskan topi PMR-ku dan dengan baju dan celana trening yang cukup basah. Dingin? Jangan ditanyakan. Sempat berpikir bagaimana keadaan dia di tempatnya berkemah. Hujan selebat ini pasti terjadi juga disana. Desember memang musim hujan. 

Setelah keadaan cukup tenang, sebagian besar orang - orang di ruangan ini sudah terlelap.

"Kamu nggak tidur?"
"Iya maunya."
"Tenang aja, semuanya baik- baik aja."
"Yah,semoga."
"Besok kita pulang."
"Iya."

Setelah percakapan yang singkat itu,aku dan temanku tidur berdampingan. Keadaan tidur saat itu sangat tidak beraturan. Kami seperti ikan sarden. Bodo amatlah, yang penting kami bisa tidur meski tidak nyenyak.

Yang aku tahu, aku terbangun sekitar pukul empat pagi. Suasananya sangat dingin. Samar - samar aku mendengar orang yang ribut dan lalu - lalang di luar ruangan ini. Mungkin guru - guru dan beberapa siswa yang tidak bisa tidur lagi. Aku ingin keluar juga, tapi terlalu dingin. Aku putuskan untuk duduk di tengah - tengah teman- temanku yang lain yang masih tertidur. 

"Dia bisa tidur nggak ya disana?"Aku bergumam, sangat kecil.

"Dia kedinginan nggak ya?" Aku bergumam lagi.

"Aku kangen dia." Kali ini aku bergumam sembari menenggelamkan kepalaku di antara kedua lututku. 

Pukul setengah lima, sudah banyak yang terbangun. Aku dan beberapa orang temanku mengobrol dengan suara pelan agar tidak mengganggu yang masih terlelap.

"Akhirnya hari ini pulang."
"Jangan lupa nanti bersih - bersih tenda sama dapur dulu."
"Santai."
"Dingin banget woi."
"Lebih dingin sikap doi hahaha."
"Lebay."
"Eh diluar rame."
"Terus?"
"Ayo keluar."
"Ntaran deh, diluar lebih dingin kayaknya."
"Oke. Jam 5 ya."
"Siap."

Nyatanya kami keluar sekitar pukul setengah enam. Ternyata cukup hangat. Matahari muncul lagi setelah badai, aku senang. Sebelum ke kegiatan bersih - bersih, kami sarapan dulu. Siapa yang masak? Ya kami semua hahaha, sebagian menunggui tenda sih. Aku memilih ikut memasak di dapur. 

"Masak apa kita hari ini?"
"Hm, gimana kalau martabak mie goreng?"
"Hah?"
"Iya, kita habisin telur, mie, dan lainnya hari ini."
"Bener! Males bawa pulang, rempong!"
"Kita mulai kawan."

Masak besar di mulai. Ada yang sibuk membuka kemasan mie, memecahkan telur, megupas bumbu- bumbu, menyiapkan kompor dan alat makan. Aku suka suasana riang seperti itu. Aku rindu ingin kembali ke masa itu, meskipun mustahil sekali. Aku senang ketika semuanya bergerak saling membantu, melakukan apapun sebisanya meskipun tidak menghasilkan hasil yang terbaik. Yang penting sudah mau mencoba bersama - sama.

"Martabak mie goreng sudah jadiii."
"Ayo makan!"
"Sabar, pindahin dulu ke piring."
"Udah ah lama, dari panci aja."
"Hush! Jorok banget!"

Semuanya tertawa dan mengantri untuk merasakan hasil masakan yang dibuat dengan heboh itu. Tidak kami sangka hasilnya enak sekali. Dari sanalah aku mengenal martabak mie dan sesekali aku buat di rumah, meskipun dimakan sendiri.

"Enak bangettttt."
"Yadong, kita kan hebat."
"Habis ini bersih - bersih ya."
"Yaps."
"Mager."
"Capek."
"Kan pengen pulang? ayo semangat."
"Iyaaaaa."

Setelahnya aku cukup sibuk melakukan bersih - bersih di dapur. Kesana - kemari membersihkan apa saja yang bisa aku bersihkan agar cepat selesai. Yang aku ingat, kakiku cukup sakit waktu itu, aku rasa dia pegal. Tapi memang dasarnya aku tidak bisa diam melihat orang lain sibuk. Aku tetap bolak- balik. 

"Kamu jangan maksain." Kata seorang teman ketika berpapasan di kebun buah naga.
"Nggak ada maksain."
"Sini aku bantuin."
"Makasih."

Aku belajar, terkadang memang harus menyingkirkan gengsi untuk meminta tolong, gak lucu kalau kamu tiba - tiba pingsan karena ribet sendiri.

Semua regu sibuk melakukan bersih - bersih. Ada yang kesana kemari membersihkan tenda dan dapur. Saling membagi tugas adalah keputusan yang tepat untuk segera menemui kata selesai. Reguku? Sudah selesai hahaha. 

Upacara penutupan berlangsung dengan sederhana tapi sangat bermakna. Kenapa tiba - tiba aku tidak ingin pulang? 

Kami menunggu truk lumayan lama. Nah, setelahnya tiba malah saling berebutan. Iya memang tidak ada pembagian truk lagi setelah pulang, tapi itu cukup membuat sesama regu berebutan. Regu kami? Santai. Kami memilih menaiki truk yang paling belakang tiba, biar lengang. 

"Aku bakalan kangen kalian."
"Aku juga."
"...Dan tempat ini."

Truk melaju cukup cepat. Kami banyak mengobrol di atas truk. Sesekali terdiam menikmati angin pagi, itu cukup menyenangkan.

Setibanya di sekolah, ternyata truk dari rombongan Pramuka telah sampai lebih awal. Beberapa anak Pramuka terlihat menunggu jemputan dan kebanyakan dari mereka sudah pulang ke rumah. Rombongan PMR sebaliknya. Karena kami baru tiba. Sebelum pulang, aku mencari keberadaan dia, tapi tidak ada. Mungkin sudah pulang. Sayang sekali. Yasudah tidak apa, aku juga pulang.

Sampai di rumah,aku sangat lelah, padahal tadinya segar. Aku memilih membersihkan diri kemudian langsung tidur tanpa mengecek ponsel.

Sore hari aku terbangun dengan kepala yang cukup pusing. Baru sadar aku sama sekali belum menyentuh ponsel. Ternyata banyak pesan yang masuk darinya. Aku senang ternyata dia juga rindu.

"Aku kangen banget."
"Aku jugaa."
"Kamu baik-baik aja kan?"
"Baik. Kamu gimana?"
"Lebih baik kalau ada kamu."
"Sedih gabisa ketemu tadi."
"Iya. Aku nunggu kamu."
"Masa?"
"Iya. Tapi lama. Terus nggak jadi.Udah dijemput duluan."
"Maaf.."
"Nggak apa. Senin kan bisa ketemu."
"Oh iya!!"
"Belum lunasin SPP ya? Dasar!"
"Tenang, sekelas belum kok."
"Hahaha, abisnya sibuk sih."
"Siapa?"
"Sekelas. Hahaha."
"Iya, sibuk ngabisin duit."

Harusnya jika kami sudah lunas membayar SPP di semester itu, kami tidak perlu ke sekolah lagi. Tapi, bagi yang belum melunasi, kami harus membayar hari Seninnya agar bisa mengambil raport. Kapan lagi nunggak SPP sekelas? Hahaha.

"Hai." Dia datang dan mengacak-acak rambutku.Yaa,kami akhirnya bertemu ketika hari Senin tiba.
"Ih dasar!"
"Kangen gak?"
"Gak!"
"Bener?"
"Bener!"
"Yaudah nggak jadi ngasi tau kamu cerita kalau gitu."
"Cerita apa?"
"Adadeh."
"Kasi tauuuu."
"Terbatas hanya bagi yang kangen."
"Ih! Yaudah aku kangen."
"Ah nggak ikhlas."
"Ikhlas."
"Hahaha lucu kalau muka kamu kayak gitu."
"Biarin."
"Yaudah aku kasi tau."
"Gimana?"
"Aku terus mikirin kamu."
"Aku juga loh."
"Reguku tidur nyenyak."
"Loh nggak hujan?"
"Aku pinru yang pinter nyari tempat."
"Ngecheat!"
"Nggak. Kebetulan dapet di atasan dikit."
"Enaknya..."
"Kamu gimana?"
"Kebanjiran."
"Tapi aman kan?"
"Nggak."
"Kenapa?"
"Banjir rindu!"
"Alah dasar hahaha."
"Ye,serius haha." Kemudian wajahnya berubah lebih serius dari sebelumnya.
"Pagi itu aku bangun makan roti di depan tenda. Tendaku menghadap ke timur. Matahari terbitnya bagus banget. Jadi kangen kamu. Langsung kepikiran kamu."

Aku tahu betapa rindunya dia dengan kehadiranku. Seharian itu dia sangat perhatian dan tidak pernah melepaskan pandangannya sedetikpun dariku. Rasanya senang, rinduku terbayar dan terbalas.

Terkadang aku berpikir, memang benar jarak itu baik untuk suatu hubungan. Tapi jangan lama - lama juga. Jika ditanya momen sewaktu SMA yang paling ingin aku datangi lagi adalah momen berkemah di bulan desember ini. Aku merasa mendapatkan banyak hal dari berbagai sisi. Aku rindu kepada semua aspek di dalamnya. Aku ingin kembali...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

selamat istirahat sebentar, ya

  Ketika aku tanya Diana, dia menyarankan untuk mengatakan apa saja yang aku rasakan, apa saja dan kapan saja. “Kalau dia benar mencintaimu, dia akan paham dan tidak masalah dengan marahmu”. Ketika aku tanya Claudia, dia menyarankan “katakan saja jangan mengode apapun. Laki-laki terlalu bodoh untuk diberikan kata-kata halus”. Ketika aku tanya Windari, dia menyarankan “ show him random things of you ”. Ketika aku tanya Liana, dia menyarankan “omongin baik-baik saja”. Aku membenarkan semuanya. Tentang apapun yang mereka sarankan adalah ada benarnya. Tentang aku dan kamu yang terhimpit rasa bosan, yang hari ini malah mengawali pagi dengan perdebatan lalu berujung saling mengegosikan diri merasa paling berjuang dan “coba kamu baca baik-baik, coba kamu flashback ke belakang sedikit, apa pernah aku nggak ada buat kamu?” Ternyata, saran-saran memang penting sangat amat penting. Tapi, ada satu hal yang perlu dipahami. Kamu, tidak akan pernah menjadi Gus Ade, juga bukan Dino, buk...

Album Foto

  Pentingnya Punya Album Foto     Haloo, ini adalah sebagian dari sahabat-sahabatku di bangku kuliah. Gimana? cantik-cantik dan ganteng-ganteng kan ya hehehe. Iyain aja biar aku dan mereka seneng :)      Kita stop dulu bahas cinta-cintaan yaa. Aku lagi bosen membahas perasaan 2 orang manusia. Mari kita bahas perasaan banyak manusia sekarang. Sebenarnya, aku juga bingung mau memulai tulisan ini darimana. Aku juga bingung, kenapa aku bisa akrab dengan mereka. Tapi ini penting, aku ingin bercerita hal ini karena aku ingin menyimpan memori yang aku ingat disini,mungkin suatu saat aku akan rindu dan mereka susah dihubungi, tulisan ini sepertinya akan cukup membantu.      Bebicara soal persahabatan, banyak orang yang datang dan pergi di dalam hidup. Ada yang tetap tinggal karena merasa nyaman, ada yang tetap tinggal karena merasa sefrekuensi, atau ada yang tinggal karena ingin memanfaatkan saja, uh jahat. Tapi bersyukurnya, selama aku hidup aku sel...

Mencintai Makhluk Lain

Maksudnya makhluk lain disini bukan hantu ya hehe. Melainkan, tumbuhan atau tanaman atau apalah kata yang merepresentasikan mereka. Aku suka dengan sesuatu yang menyegarkan mata, sungguh itu bisa membuatku punya semangat baru. Meski banyak yang bilang aku cuma ikutan trend berkebun karena pandemi, menurutku tidak sepenuhnya seperti itu. Aku menyadari ada banyak makhluk hidup di bumi ini yang bisa kita cintai, selain manusia. Mungkin, manusia yang "sempurna" itu beberapa diantaranya sering menyakiti, makanya aku pindah haluan begini hahaha.  Bagaimana ya, ketika aku cuma ngobrol sama tanaman yang aku koleksi di kamar tanpa mendengar mereka membalas ucapanku, rasanya lega, lega sekali. Aku jadi bisa mikir jernih, "oh mungkin aku harus begini." "oh mungkin kekeliruanku ada disini." Yaaa, aku jadi bisa mengambil keputusan dan introspeksi diri secara tenang dan tanpa dihakimi oleh orang lain. Memang, beberapa masalah perlu kita utarakan kepada manusia lain, tap...