Aku Tetap Jatuh Cinta di Tahun Pertama
(Bagian Kedua)
Bulan cepat berlalu,tapi matahari enggan untuk berpindah hehe. Iya matahari memang tidak pernah berpindah,disana-sana saja. Seperti rasaku padanya yang tidak pernah berpindah tapi selalu bertambah.
"Maklum lah,kamu baru mau setahun jalan sama dia."
"Masih anget gitu?"
"Yap."
"Gitu ya..."
"Aku denger-denger sih,tahun pertama itu masih cinta-cintanya.Tahun kedua mulai muncul banyak konflik. Tahun ketiga mulai bosen. Nah,kalau kalian udah bisa melewati tahun ketiga,congrats hubungan kalian dipastikan masuk ke jenjang serius."
"Masa sih gitu?"
"Yaaa...kan aku denger-denger."
Begitulah kata seorang teman. Cukup menarik, aku ingin membuktikan hal itu pada hubunganku dengan dia. Semoga bisa melewati tahun ketiga atau bahkan bisa selamanya.
"Ayo ikut nonton parade.Sekolah kita kan ikut!"
"Aduh aku males."
"Gaboleh gitu,nanti jalan sama aku sama temen - temenku juga.Kan kamu kenal semuanya."
"Iyasih, tapi aku nggak hoobi nonton parade."
"Makanya belajar buat hobi. Udah ah pokoknya kita pergi. Nanti aku jemput kamu."
Aku tidak bisa menolak ajakan temanku. Aku benar-benar tidak hobi menonton sebuah parade ataupun sejenisnya.Aku agak tidak nyaman jika berada di lingkungan yang rame dengan orang-orang asing.
"Aku nanti nonton parade ya."
"Sama siapa?"
"Sama Yuni sama temen-temennya juga,banyak."
"Aku juga nonton. Barengan yuk?"
"Iya nanti ketemu disana."
"Bukan."
"Terus?"
"Aku jemput kamu."
"Hah?"
"Kenapa?"
"Jangan deh. Aku nanti dijemput Yuni."
"Kenapa nggak boleh?"
Aku lama terdiam,bingung mau membalas pesan. Aku hanya tidak mau ada masalah,apalagi kalau Ayahku melihat dia datang ke rumah. Aku belum terbiasa dan belum waktunya untuk mengenalkan pacarku ke keluargaku. Nggak, ini lebih ribet daripada yang kalian bayangkan. Aku tidak mau bilang alasan yang sebenarnya padanya, aku tidak mau menjadi berlarut - larut.
"Gamau.Aku mau sama temen."
"Ada cowoknya ya?"
"Iya.Kan sama temen-temennya Yuni."
"Siapa?"
"Kok kamu lebay banget sih."
"Loh kenapa?Aku cuma mau nanya siapa."
"Banyak."
"Masa nggak kenal?"
"Kenal."
"Yaudah. Siapa?"
"Ah apasi."
"Oh,kamu mau boncengan sama temennya?"
"Kok kesana sih jadinya?! Nggak."
"Oke."
"Kamu kenapa sih?"
Sungguh. Aku sangat kesal dengan sikapnya.Entah sejak kapan dia jadi posesif dan harus tahu segalanya.Dulu dia tidak begitu. Setan apa yang merasuki jiwa bebasnya?Laknat.
Sampai di lokasi parade,aku semakin kesal dibuatnya, aku ingin pulang...
"Loh,itu kan pacarmu."
"Iya."
"Kenapa nggak nyapa kamu?"
"Nggak tahu."
"Berantem?"
"Nggak tau."
Ya,manusia itu benar-benar lewat di depan mataku. Dia melihatku, tapi sengaja melewatiku tanpa menyapaku. Lalu pergi ke kerumunan teman - temannya. Biarlah. Aku memilih menjauh bersama temanku.
"Oh My God! Coba lihat kesana."
"Kenapa?"
"Itu! Ada mantanmu sama pacarku."
"Hah?"
"Masa gak lihat sih? Yang pakai kemeja kotak-kotak."
Iya aku tahu, sekolahnya mantanku juga ikut di parade ini, besar kemungkinan kita akan bertemu. Aku ingin mati saja. Aku sedang tidak ingin melihat pacarku apalagi ini ditambah kehadiran mantanku. Aku benar-benar ingin pulang.
"Kesana yuk."
"Jangan."
"Ayolahh."
"Kamu kesana aja, aku disini nungguin."
Tuhan mungkin kasihan denganku, tidak ada angin apa pacarnya temanku dan mantanku berpisah ketika menonton parade. Akhirnya aku ikut temanku untuk menemui pacarnya. Mereka ngobrol sebentar lalu kami memutuskan untuk pulang karena sekolah kami sudah selesai tampil dan kami tidak dapat melihat apapun pementasan di atas panggung karena sangat ramai dan sesak, berasa sia-sia.
Kampretnya, di parkiran aku bertemu lagi dengan pacarku. Dia tetap tidak menyapa padahal lewat di depan mataku.
"Dingin amat pacarmu."
"Emang gitu."
"Kuat?"
"Apa?"
"Dinginnya."
"Santai,belum hipotermia."
Kami pulang sekitar pukul sembilanan malam. Malam itu dingin, tapi aku dua kali lebih dingin.
"Hei,aku minta maaf."
"Siapa?"
"Maksudnya?"
"Kamu siapa?"
"Kok ngomong gitu?"
"Pikir sendiri."
"Tolong jelasin ke aku."
Aku tidak membalas pesannya lagi. Aku kesal, terlampau kesal. Lebih baik aku tinggal tidur,males buat berperang. Akhirnya aku tidur dengan rasa kesal, itu tidak enak sekali rasanya.
Keesokan harinya, di depan kelas aku bertemu dengan Daha, dia teman sekelasku.
"Hei."
"Tumben kamu dateng pagi."
"Lagi niat nih hehe. Kamu ngapain dateng sepagi ini?"
"Aku piket hari ini."
"Oh gitu. Yaudah coba kamu masuk kelas sekarang. Ada yang mau ketemu?"
"Siapa?"
"Masuk kelas aja."
Dan... Aku melihat dia berdiri di depan kelas dengan membawa selembar buku gambar berukuran A4 besar yang berisi tulisan "Maaf". Dia tidak berbicara, tapi senyumnya menyiratkan banyak makna. Aku suka melihat senyumnya,meskipun tidak semanis senyumanku hehe.
"Kamu ngapain?"
"Minta maaf."
"Hmm."
"Dimaafin gak?"
"Selalu dimaafin kok."
"Nah gitu dong."
Dia memberikan tulisan itu padaku.
"Belum selesai ini." kata Ingkang tiba-tiba.
"Hah?"
"Bukan kamu yang buat?"
"Bukan lah haha. Mana bisa nulis sebagus Ingkang."
Tidak apa bukan hasil tangannya. Yang penting niatnya tulus hehe. Aku senang saat itu. Berharap semuanya kembali baik-baik saja.
"Kemarin aku hampir ngebut lagi loh."
"Yah aku gak heran sih."
"Tapi batal."
"Kenapa batal?"
"Iya soalnya ada yang bilang kalau aku punya masalah harus cerita."
"Oh kamu cerita? Bagus deh."
"Iya aku cerita sama Daha. Soalnya kemarin kamu ngambek, gabisa diajak bicara"
"Terus gimana?"
"Aku ke rumahnya. Ngobrol tentang kamu, semuanya yang terjadi kemarin."
"Terus?"
"Ya dia ngasi solusi biar aku minta maaf."
"Daha bener, aku setuju."
"Iya jadi biar kamu seneng, aku rencanain minta maafnya kayak gini."
"Kreatif, manis."
"Siapa?"
"Kamunya dan tulisannya Ingkang."
"Hahaha."
Setelah itu hubungan kami membaik dan aku senang dengan itu.
Oh ya! Ada masa-masa yang tidak pernah bisa aku lupakan.Yaitu saat kemah di bulan Desemer. Ya, di sekolahku masih diadakan acara perkemahan, hanya saja diwajibkan untuk siswa-siswi kelas X yang tergabung dalam ekstra kurikuler Pramuka dan PMR.
Aku PMR.
Dia Pramuka.
"Kenapa kamu milih PMR?"
"Karena dari SMP aku ikut PMR. Seru, aku suka perbanin orang.Mau aku perbanin?"
"Nggak mau."
Tapi akhirnya hal itu jadi kenyataan saat bulan Januari, saat dia kecelakaan dan harus selalu ganti perban yang ada di lutut dan tangannya. Jelas, pertolongan yang sederhana seperti itu harus dikuasai oleh seorang PMR sejati, hehe. Meskipun sekarang sudah amnesia mengenai semua pelajaran termasuk cara perban-perbanan di PMR.
"Yah pisah dong kita kemahnya."
"Nggak apa, biar kangen."
"Dasar!." Dan dia mengacak-ngacak rambutku. Aku suka kalau dia sudah begini.
Sekedar informasi, kemah Pramuka dan PMR memang dilaksanakan terpisah. Tapi pelaksanaannya tetap di waktu yang bersamaan.
Persiapan kemah yang lumayan menguras waktu dan tenaga,membuat kami jarang bertemu dan jarang menempel. Nggak apa, bahkan hubungan kami semakin membaik karena sering kangen.
Aku suka saat akan kemah,kami banyak saling mengingatkan meskipun kemah di tempat yang berbeda.
"Kamu jangan lupa makan."
"Kamu juga."
"Yaudah aku harus kumpul sama regu dulu."
"Aku juga."
Atau mengingatkan seperti ini...
"Barang-barang pribadimu yang akan dibawa udah masuk ke dalam tas semua?"
"Udah sih,bantuin ngecek dong."
"Yaudah aku kirim checklistnya. Punyaku lengkap palingan cuma beda di baju aja,kamu Pramuka soalnya."
"Oke. Makasih ya."
Atau bagian mengingatkan yang paling aku suka....
"Besok bangunin aku ya."
"Kan kamu biasa berangkat sekolah pagi-pagi."
"Iya. Tapi kan ini harus bangun lebih pagi lagi."
"Yaudah,yaudah. Besok aku telpon mau?"
"Mau banget!"
Ya,dia memang nggak pernah nelfon aku. Selama aku pacarannya dengannya sampai aku putus,bisa dihitung jari jumlah kita saling telponan. Video call? Sama sekali tidak pernah. Tapi aku suka caranya, seakan hal sesederhana "telponan" menjadi hal yang sangat istimewa di hubungan kami. Ya,menurutnya kalau penting,genting, dan kangen overdosis barulah boleh telponan hahaha, dia lucu ya.
Seperti janjinya padaku, keesokan harinya dia membangunkanku jam 4 pagi.Aku ngantuk sekali, Tapi,ketika mengangkat telpon darinya (jangan tanya betapa gugupnya aku), aku merasa segar dan cepat-cepat ingin ke sekolah untuk bertemu dengannya. Suaranya lembut dan sangat bersahabat,aku suka. Telpon terputus ketika aku dan dia harus bersiap-siap.
Di sekolah, aku tidak melihatnya. Sayang sekali, padahal aku ingin sekali bertemu dengannya dan mengucapkan hati- hati karena 3 hari kedepan kami tidak akan berkomunikasi karena dilarang membawa handphone. Truk rombongan PMR berangkat lebih dulu daripada rombongan Pramuka. Sedikit sedih hanya dapat ngobrol sebentar tadi pagi. Ketika aku berdoa untuk keselamatanku,aku juga mendoakan dia dan hal ini tanpa kuberitahu, dia pasti sudah tahu.
Ada banyak sekali hal menarik saat kami berkemah. Bagian berkemah ini akan aku ceritakan di part yang istimewa. Aku sedang sangat rindu padanya hari ini,melanjutkan cerita ini akan membuatku semakin rindu dan sesak. Aku ingin menyendiri dulu dengan hobiku yang lain agar bisa menyingkirkan rasa rinduku padanya. Sampai bertemu di bagian istimewa.
Komentar
Posting Komentar