Aku Tetap Jatuh Cinta di Tahun Pertama
(Bagian Ketiga)
Waktu berkembang sangat cepat dan dinamis.Banyak hal-hal yang mulai berubah. Aku,dia, dan mereka yang selalu terlibat di dalamnya. Semuanya yang akhirnya mengakibatkan hubungan kami juga berubah.
Bulan Februari, bulan yang penuh cinta konon katanya. Saat itu tidak berlaku bagiku yang sedang dijajah oleh perasaan bahagia sedang jatuh cinta. Setiap hari rasanya senang saja meskipun banyak masalah yang mulai bertamu di dalam hubungan sederhana kami. Seperi biasa, aku akan ceritakan semampu ingatanku membuka laci kenangan tentang masa itu dan sejujur sebatas privasi yang memang boleh dipublikasikan.
"Valentine nanti kita baksos yuk."
"Baksos?"
"Iya. Ke panti asuhan misalnya."
"Panti asuhan mana?"
"Itulah sebabnya ada kata survey lokasi."
"Setuju!"
Entah apa yang membuat Aku, dia, Adhi, Daha, Mirah,Citra, Ari dan Ingkang bisa menjadi teman sepermainan saat itu (sampai sekarang masih, hanya saja sangat jarang bertemu). Ini bukan kali pertama kami pergi keluar bersama. Sebenarnya di awal bulan Januari 2016 kami sempat pergi bersama (kecuali Mirah dan Ary) ke pantai Balangan, Jimbaran, Bali. Hahaha, ini menarik. Aku akan menceritakan sedikit tentang hari itu.
Awalnya rencana ini dibuat oleh Mirah bersama pacarnya (yaa saat ini sudah menjadi mantan). Aku ingat sekali, saat itu pantai Balangan benar - benar masih asri. Belum banyak wisatawan yang datang kesana. Suasana pantai yang sangat damai dan "murah" (haha saat itu hanya membayar parkir dua ribu rupiah saja. Mungkin saat ini sudah belasan ribu sepertinya). Namun sayang,sang pembuat rencana pada hari H jatuh sakit karena menstruasi. Alhasil hanya sebagian dari kami yang bisa pergi. Aku sangat menikmati perjalanan itu. Aku sangat berterimakasih kepada Daha yang sudah jauh-jauh mau menjemputku keluar di hari perdana aku pergi jalan - jalan jauh tanpa keluarga. Oke ini lebay haha, tapi begitu adanya. Kami berkumpul di Alfamart dekat rumah pacarku. Kami agak terlambat tiba sampai disana. Janjian jam 2 siang tapi tiba jam 3 sore. Yang lain sudah pada memasang wajah kesal dengan kami.Tapi tak apa,perjalanan tetap berlanjut.
Aku berboncengan dengan pacarku. Sungguh, rasanya sangat kaku. Ini boncengan perdanaku dengannya. Aku ingin memeluknya erat tapi masih malu - malu. Aku benar - benar salting saat itu, hanya saja tidak aku katakan padanya. Kami melewati jalanan yang ramai dan macet. Iya, saat itu kalau tidak salah adalah hari Selasa,masih dengan suasana sibuk dan padat seperti di hari Senin.
"Pegel gak?"
"Lumayan."
"Masih jauh ya?"
"Kayaknya iya."
"Aku ngantuk."
"Jangan jatuh ya."
"Iya."
Di perjalanan aku hanya diam saja. Ngantuk dan pegal sekali. Jalanan benar - benar tidak bisa berkomrpromi hari itu. Macetnya membuatku tidak bisa merasakan hembusan angin jalan.
"Kampus impian kamu."
"Iya. Doain aku bisa kuliah disini."
"Pasti."
"Kamu gimana?"
"Apanya?"
"Kampus impiannya."
"Masih belum mikir. Hahaha."
"Jangan lama -lama mikirnya."
"Iya. Setakut itu aku nggak sukses."
"Ih bukan gitu."
"Iyaiya, haha."
Sedikit obrolan diatas motor ketika kami melewati Universitas Udayana yang ada di Jimbaran. Yaa,meskipun 2 tahun kemudian impianku itu benar terwujud, mungkin juga karena sumbangan doa darinya, hihi.
Setelah melewati jalanan kampus,kami mulai melintasi jalanan yang akan menuju Garuda Wisnu Kencana. Saat itu masih masa pembangunan. Belum ramai dan terkenal seperti sekarang. Tidak aku sangka, tempat itu kini sangatlah megah.
Tapi, belum sampai di jalanan depan GWK, macet parah harus kami taklukan dahulu.Aku ingat sekali ketika kami melintasi jalanan di dekat hotel Golden Tulip, motor pacarku tiba - tiba mogok. Saat itu jalanan yang kami lewati adalah jalanan menanjak. Aku dan pacarku saat itu tertinggal di belakang. Adhi - Daha dan Ingkang - Citra sudah lebih dulu melintasi setengah kemacetan. Pacarku panik, aku juga ikut panik. Sebisa mungkin aku menenangkan diri sementara di belakang suara klakson motor dan mobil sudah mendemo kami.
"Maaf, bisa turun sebentar nggak?"
"Iyaa."
"Kamu jalan duluan sampai di depan ya. Biar aku yang dorong motornya."
"Kita bareng."
"Nggak usah."
"Udah,ayo dorong."
Kami mendorong motornya sampai melewati tanjakan agar lebih aman. Lalu kami istirahat sebentar di bawah pohon di depan hotel itu dan bertemu dengan dua bapak polisi yang sedang mengatur lalu lintas. Kami agak ketakutan ketika disamperin oleh kedua polisi itu karena tidak ada satupun dari kami yang sudah memiliki SIM. Iya,kami remaja bau kencur yang sangat nekat, hahaha.
"Wah asik nih jalan - jalan sama pacar." Ledek pak polisi itu.
"Ah enggak pak."
"Mau kemana adik - adik?"
"Mau ke pantai Balangan pak."
"Enaknya ke pantai sama pacar." Yang satunya juga ikut menggoda.
"Bukan pacar pak. Cuma ada satu aja yang pacaran disini."
"Gapapa, pulang dari sini yang lainnya juga pacaran ya. Hahaha."
"Ah enggak pak."
"Yaudah sana jalan, keburu hilang sunsetnya."
"Baik pak."
"Hati - hati ya. Inget! Jangan bilang ke Ibu kalian kalau perginya sama pacar."
"Hahaha, siap pak!"
Sungguh, polisi baik yang sangat mengerti masa muda.
"Maaafin aku ya."
"Untuk?"
"Motorku mogok."
"Nggak apa."
Aku tahu dia sangat merasa bersalah padaku. Dia tahu ini perdananya memboncengku dan malah mendapat hal sial seperti itu. Tapi sungguh, itu bukan suatu masalah yang besar buatku. Malahan menjadi kenangan manis yang selalu aku ingat ketika melewati jalanan itu, bahkan sampai sekarang aku masih tersenyum ketika melewati jalanan penuh kenangan itu. Aku rindu.
Akhirnya kami tiba juga di lokasi sekitar pukul 5 sore. Iya, membutuhkan waktu 2 jam untuk sebuah perjalananan yang dulunya aku anggap sangat jauh dan melelahkan. Tapi sekarang, hal itu sudah menjadi sesuatu yang biasa dan hanya membutuhkan waktu 30 sampai 40 menit untuk tiba di Jimbaran. Iyaa pikiran kita sama. Terkadang dunia selucu itu untuk sebuah perjalanan hidup. Kita nggak tahu apa yang menurut kita tidak baik di hari kemarin adalah sesuatu yang sangat baik untuk kita hari ini. Aku ingin lebih lama hidup untuk menikmati perjalanan yang semenyenangkan dan semengejutkan itu.
Seperti yang sudah aku katakan, suasana pantainya masih alami karena belum banyak wisatawan yang berkunjung. Awalnya kami hanya duduk di bawah pohon kelapa. Jam 5 sore tapi masih panas. Itu cukup membuat kami enggan bergerak.
"Nyebur yuk nyebur."
"Panasss."
"Itulah fungsi air pantai, man!"
Akhirnya kami sepakat untuk nyebur,nyemplung, apalah itu. Sungguh Tuhan! Aku sangat suka pantai ini. Airnya benar - benar jernih! Rasanya aku bisa melihat ikan saling berebutan untuk berenang agar bisa menjadi juara satu!
"Ayo kedalem lagi!"
"Nggak...nggak mau."
"Gapapa ada aku."
"Aku takut."
"Gapapa."
Dia menggenggam tanganku. Sayang sekali genggamannya kurang erat. Jadi, ketika ombak besar datang menghantam, aku tenggelam.Tenang, tenang, bukan tenggelam yang penuh drama. Hanya terseret air laut dan akhirnya kemasukan air. Aku menangis. Iyaiya, saat itu aku masih nyaman dengan versi diriku yang lemah.
"Kamu nggak apa? Maafin akuu."
Aku masih tidak menjawab. Beruntung yang lainnya sedang sibuk main air laut, hanya dia yang menyadari hal ini.
"Kamu kenapa nggak bilang kalau kamu takut nyebur? Kenapa nggak bilang kalau kamu ada trauma?Kenapa nggak bilang kalau takut?"
Oke. Dia lebay. Hahaha, bisa juga dia sebawel itu. Lucuuu. Aku jadi ketawa. Iya, ketawa saat itu dan saat menulis ini.
Lalu dia mengacak - acak rambutku yang basah.
Selepas itu kami puas - puasin bermain air. Rasanya hari itu hari terakhir kami nyemplung ke pantai. Ini serius, setelah itu kami selalu pergi bareng ke pantai tapi tidak pernah nyebur lagi. Dasar, hidup memang alur yang sulit untuk ditebak.
Oh iya, ternyata pantai Balangan tidak hanya berair biru yang jernih. Disana juga ada tebing -tebing karang yang sangat cantik dan wajib sekali dijadikan sebagai spot foto. Kami juga tidak mau melewatkan kesempatan itu. Setelah mengganti pakaian, kami menikmati senja di atas tebing.Indah sekali. Aku masih mengingat betul bagaimana goresan warna jingga yang hangat saat itu. Aku ingin kembali lagi nanti, bersama mereka.
"Ayo foto sama matahari."
"Hah?"
"Iya.Sama senja. Bagus."
Dan itu menjadi foto bersama pertama kami di pantai. Sayang sekali, saat ini fotonya sudah hilang.
Dan mungkin semenjak saat itulah pantai menjadi pilihan kami untuk menghabiskan banyak kenangan di cerita selanjutnya.
Oh ya, terlalu asik menceritakan pantai membuatku lupa dengan cerita baksos di panti asuhan saat Valentine. Mungkin, Valentine tahun 2016 adalah salah satu Valentine yang paling berkesan di hidupku. Saat itu, kumpulan remaja yang berusia 16 tahun ingin menebar kebaikan. Yah,meskipun tidak semuanya menganggapkami baik, ada beberapa pihak yang menganggap kami pansos demi sebuah ketenaran, itu namanya iri.
Aku ingat sekali saat itu tanggal 13 Februari dan hari itu adalah hari yang paling ribet bagi kami karena harus survey lokasi yang tepat untuk besok. Iya, mepet sekali hanya dengan waktu sehari kami harus menemukan lokasi yang pas dengan rencana kami, itu nggak mudah. Butuh waktu seharian.
"Kamu boncengan aja ya."
"Nggak mau, kamu yang boncengan."
"Tanganmu masih kaku."
"Bisaaaa."
"Nggak, aku gamau kita celaka ya."
"Percaya sama aku."
"Kali ini aku realistis."
Iya dia bandel.Susah untuk memberinya pengertian untuk tidak membuat dirinya sendiri celaka. Kadang aku berpikir, apa dia nggak sayang sama dirinya sendiri? Huft.
Aku lupa sudah berapa panti asuhan yang kami datangi. Ada yang menolak dengan halus bahkan ada yang menolak dengan sangat tidak ramah. Kami juga sempat dikerjai oleh beberapa anak - anak di panti asuhan yang kami datangi. Nakal.
Dan mungkin semenjak saat itulah pantai menjadi pilihan kami untuk menghabiskan banyak kenangan di cerita selanjutnya.
Oh ya, terlalu asik menceritakan pantai membuatku lupa dengan cerita baksos di panti asuhan saat Valentine. Mungkin, Valentine tahun 2016 adalah salah satu Valentine yang paling berkesan di hidupku. Saat itu, kumpulan remaja yang berusia 16 tahun ingin menebar kebaikan. Yah,meskipun tidak semuanya menganggapkami baik, ada beberapa pihak yang menganggap kami pansos demi sebuah ketenaran, itu namanya iri.
Aku ingat sekali saat itu tanggal 13 Februari dan hari itu adalah hari yang paling ribet bagi kami karena harus survey lokasi yang tepat untuk besok. Iya, mepet sekali hanya dengan waktu sehari kami harus menemukan lokasi yang pas dengan rencana kami, itu nggak mudah. Butuh waktu seharian.
"Kamu boncengan aja ya."
"Nggak mau, kamu yang boncengan."
"Tanganmu masih kaku."
"Bisaaaa."
"Nggak, aku gamau kita celaka ya."
"Percaya sama aku."
"Kali ini aku realistis."
Iya dia bandel.Susah untuk memberinya pengertian untuk tidak membuat dirinya sendiri celaka. Kadang aku berpikir, apa dia nggak sayang sama dirinya sendiri? Huft.
Aku lupa sudah berapa panti asuhan yang kami datangi. Ada yang menolak dengan halus bahkan ada yang menolak dengan sangat tidak ramah. Kami juga sempat dikerjai oleh beberapa anak - anak di panti asuhan yang kami datangi. Nakal.
Kami hampir menyerah ketika hari sudah beranjak sore. Aku ingat sekali, aku terpisah dari teman - temanku. Aku mungkin terlalu lambat melaju sampai tertinggal ketika menyalip. Aku tidak tahu saat itu ada dimana.
"Kamu tahu ini dimana?"
"Nggak tahu."
"Aduh gimana dong."
"Uda,nepi dulu."
Akhirnya aku menepi saat bingung menyusuri jalan. Ini pertama kalinya aku merasakan tersesat dan tertinggal. Jujur saja, selama SMP aku nggak pernah pergi jauh dan jikapun pergi aku selalu boncengan dengan temanku karena saat itu aku belum bisa mengendarai sepeda motor. Oleh karenanya aku menangis tanpa sadar.
"Loh,kamu kenapa?"
"Nggak apaa."
"Kamu capek?"
"Nggak."
"Sini gantian.Biar aku yang boncengin kamu."
"Nggak usah! Kamu jangan sok deh, tanganmu belum pulih!"
Dia diam sejenak.Mungkin sedang mencerna bentakanku.
"Ayo jalan. Kita pakai google maps."
Aku tidak meresponnya.Hanya terus berkendara sesuai dengan instruksinya. Akhirnya kami bertemu dengan teman - teman yang lain. Syukurlah.
Ternyata, selama kami menghilang, mereka sempat bertanya kepada orang-orang di jalan yang mereka temui untuk mendapatkan info tentang panti asuhan. Beruntungnya,orang baik tersebut memberikan petunjuk sebuah panti asuhan yang akhirnya menjadi pilihan kami untuk mengadakan acara.
Panti Asuhan Benih Harapan. Begitu namanya. Ketika kami masuk kesana, anak - anaknya cukup tertib dan suasanya nyaman. Ditambah lagi ketika kami bertmu dengan Ibu dari pemilik panti asuhan yang ternyata saat itu sudah berusia senja. Kami terharu dengan cerita dari Ibu itu. Hal itu semakin meyakinkan kami untuk berbuat kebaikan.
Seperti agenda yang sudah kami tetapkan, keesokan harinya kami mengadakan acara bakti sosial. meskipun ketika pagi hari hujan cukup lebat mengguyur tapi itu tidak mematahkan semangat kami. Kami bersyukur segala acara yang kami susun berjalan dengan lancar. Ada kebanggan yang tersirat di benak kami. Kami hanya kumpulan remaja SMA yang identik dengan hidup berwara-wiri ternyata bisa melakukan sedikit hal baik dan berguna untuk hidup kami dan anak - anak di panti asuhan tersebut. Oh ya, beberapa bulan yang lalu, aku sempat melihat di postingan temanku yang melakukan baksos disana, ah anak - anak panti asuhan yang dulunya masih kecil- kecil ternyata sudah bertumbuh besar dan remaja. Bahagia rasanya sempat terlibat dalam hidup mereka. Bahagia rasanya sempat berbagi kebahagiaan dengan mereka. Andai ada waktu luang, aku ingin kembali kesana dan belajar tentang banyak kebaikan lagi agar rasa syukur di hidupku tidak cepat memudar.
Komentar
Posting Komentar