Langsung ke konten utama

insecurity dan mimpi saya

Kayaknya, semua manusia di bumi ini juga pernah mengalami keadaan insecure. Perasaan tidak aman, cemburu yang akhirnya membuat tidak percaya diri. Banyak sekali faktor yang bisa buat insecure. Salah satunya yang paling kuat adalah sosial media. Dan saya sering mengalami hal ini karena penyebab dari sosial media ini dan sifat keingintahuan (kepo yang berujung stalking) yang sangat kuat. Teman - teman saya sering heran melihat kemampuan stalking saya yang bergitu akurat. Ah, itu bukan sebuah kebanggan, tapi beban mental yang sangat berat untuk saya. Iya, kali ini saya tidak akan membahas masalah hati, sesekali saya ingin memberikan perspektif tentang masalah mental yang sebenarnya sangat sensitif untuk dibicarakan. Tapi ini penting.

***
Dari kecil, saya sebenarnya tidak terlalu akrab dengan yang namanya media sosial. Disaat teman - teman SD saya sudah punya akun Facebook yang saat itu sangat buming, saya malah asik dengan hayalan dan imajinasi saya tentang cerita dongeng yang saya tulis sendiri. Masih sangat kuat di dalam ingatan, setiap malam setelah mengerjakan pr, tanpa diketahui oleh orang tua, di atas meja belajar olympic itu saya menulis cerita karangan saya di buku tulis kiki yang khusus saya beli untuk tempat cerita- cerita saya. "Bertemunya Snow White dan Cinderella", "Cerita Ariel dan Belle", "Geng Princess", itulah beberapa judul - judul absurd yang dibuat oleh anak SD yang terinspirasi dari tokoh kartun favoritnya dan  juga dibubuhi ilustrasi seadanya dengan goresan pensil dan warna warni pensil warna faber castle.  Kemudian, keesokan harinya, saya bawa buku tulis itu ke sekolah dan saya suruh teman saya membacanya dan mendengarkan pendapatnya. Saya senang melihat antusias mereka. Bahkan, beberapa dari mereka meminta cerita saya untuk dibawa pulang. Itu pengalaman yang sangat luar biasa. Saya terbiasa diajarkan untuk hidup mengalir apa adanya dan selalu menyempatkan diri untuk menjalani hobi yang saya punya.

Pernah juga suatu ketika, ketika saya sudah dipersiapkan oleh guru saya untuk mengikuti lomba cerdas cermat, di hari H malah dibatalkan di tempat lomba, dengan alasan salah tanggal. Jangan tanya bagaimana sakitnya. Namun, saat itu kebetulan sekali banyak lomba yang diadakan secara bersamaan,termasuk lomba mengarang. Kebetulan juga, ada dua orang teman saya yang kurang siap mengikuti lomba pidato dan lomba mengarang. Saat itu, saya dihadapkan pada dua pilihan yang sama sekali saya tidak siap. Tapi,  guru pembina saya meyakinkan saya, kalau saya bisa dan meminta saya memilih salah satu dari lomba itu untuk saya ikuti menggantikan teman saya. Saya tahu, guru saya sangat ingin sekali saya memilih lomba pidato, tapi pilihan saya mengecewakannya. Iya, saya memilih lomba mengarang dan langsung memasuki ruangan tanpa persiapan apapun. Masih sangat saya ingat, tema karangan saat itu adalah "Cerita pengalaman liburanku." Awalnya saya bingung mau menulis apa, karena sudah lama saya tidak pernah liburan. Tapi saya mencoba jujur dalam bercerita, mengingat kejadian - kejadian liburan terdahulu yang masih sedikit membekas di ingatan. Karangan saya selesai dengan judul "Pantai dan Omang - omang." Saya pasrah saat itu, yang saya tahu saya hanya sudah merasa lega dan cukup bangga dengan kejujuran saya dalam bercerita. Saat pengumuman tiba, semua peserta berkumpul di halaman sekolah yang dijadikan tempat lomba. Tidak hanya peserta lomba,semua murid di sekolah itu juga ikut berkumpul. Saya tidak mau berekspektasi tinggi, hanya segera ingin kembali ke sekolah. Tapi ternyata, saya bisa meraih juara 1 dan maju ke depan untuk menerima penghargaan. Saya mendapat tepuk tangan dari peserta lomba dan guru - guru pembina tapi sekaligus mendapatkan sorakan "huuu" dari siswa di sekolah itu yang juga ikut berkumpul. Tapi, ketika kita jujur dengan karya yang kita buat, sorakan hinaan itu tidak ada dengungnya di telinga. Bahkan seperti sebuah acuan untuk melangkah menang di lomba - lomba selanjutnya. Dari kejauhan, saya melihat guru pembina saya yang sudah memberikan kesempatan walaupun awalnya kecewa dengan pilihan saya , tapi saat itu saya melihat beliau tersenyum dan berkaca - kaca. Sejak saat itu guru pembina saya yang sekaligus guru Bahasa Indonesia saya semakin memberikan semangat kepada saya untuk melakukan yang terbaik pada setiap pilihan dan keputusan yang saya ambil. Sampai detik ini, rasa terima kasih yang begitu besar saya ucapkan kepada Ibu Arini dan juga guru - guru SD saya yang lain, yang selalu meyakinkan untuk mencoba apapun kesempatan yang datang kepada saya.

Saat SD, saya tidak punya handphone. Padahal semua teman - teman saya sudah menggunakan telepon genggam, seperti nokia, nexian, mito, esia, bahkan yang sangat jadi primadona saat itu adalah si blackberry. Kalau ingin menghubungi teman, saya selalu menggunakan telepon rumah. Pernah saat itu malam - malam saya sedang telponan sembunyi - sembunyi dengan teman saya agar tidak diketahui oleh Ibu karena membicarakan orang yang kami sukai di kelas. Ah, itu sebuah perjuangan loh! Namun, hal- hal seperti itu yang membuat saya tidak punya waktu untuk memikirkan dan melakukan kegiatan yang tidak berguna. Benar, setiap hari kerjaan saya ya cuma belajar dan menonton TV. Ingat sekali ketika siang hari saat acara musik Klik muncul di TV, saya buru - buru mengambil buku tulis dan pulpen untuk mencatat lirik lagu yang saya sukai. Setiap hari seperti itu, iya karena saya tidak memiliki handphone jadi mau tidak mau harus putar otak dengan cara manual untuk menghapal lirik lagu yang saya sukai karena tidak bisa didengar setiap saat, tidak punya handphone sih!

Hal - hal yang sederhana itu, hidup yang sederhana itu, pemikiran yang sederhana itu membawa saya kepada suatu keadaan yang disebut dengan 'konsisten' tanpa diganggu dengan urusan dunia maya. Dan, saat ini saya rindu dengan nuansa polos seperti itu.

***

Memasuki masa - masa smp, saya masih setia dengan pembawaan sederhana itu. Saya masih menjadi seseorang yang bisa dibilang kudet dan gaptek. Semuanya berjalan normal sebelum saya memiliki handphone pertama saya (bukan android tapi merek china). Saya sebenarnya tidak terlalu memanfaatkan fitur SMS saat itu, tapi sangat menikmati adanya fitur musik dan bisa mendengarkan musik favorit saya kapan dan dimana saja. Tapi ternyata,  itu mengubah prinsip konsistensi yang saya pegang dari kecil. Saya mulai tidak suka belajar, mulai jarang membantu Ibu, mulai jadi anak yang banyak menyusahkan. Menurut saya, tidak ada yang bisa disalahkan. Kenapa? Karena saat itu saya sudah memasuki masa - masa remaja. Rasa ingin tahu yang tinggi dan egois yang belum bisa dikontrol membuat banyak hal berubah di dalam diri.

Beranjak ke kelas 8, saya mulai mengenal yang namanya jatuh cinta dan ingin merasakan yang namanya pacaran. Ini lebih dari yang saya rasakan sewaktu SD. Waktu itu, masih hanya sekedar suka dan masih bisa menjalani konsistensi yang saya pegang. Namun saat SMP, semuanya menjadi lebih gila dan perasaan egoisme yang bercampur dengan ekpektasi yang selalu tidak sejalan dengan kenyataan membuat saya mempunyai trauma tersendiri di dalam menjalin pergaulan dengan orang - orang yang mempunyai super power atau bahasa kerennya adalah anak - anak gaul. Saya tidak pernah bisa menjadi mereka karena saya tidak mampu mengikuti bagaimana pola pikir dan pola hidup mereka. Saya benar - benar diluar semua itu. Saya tidak suka dunia gaul seperti itu, saya tidak suka dituntut oleh jaman. Saya ingin lari tapi ternyata juga sulit. Kelam sekali kelam. Saya sering menyalahkan diri sendiri karena saya sudah hilang konsistensi. Saya terlalu larut dalam angan yang bahkan saya sendiri tidak tahu bagaimana ujungnya. Ternyata,itu yang dinamakan insecure. Saya baru mengerti sekarang. Insecure hampir membunuh saya, ini nyata. Saat itu di penghujung semester di tingkat dua sekolah menengah, saya merasa gelap tidak tahu mau apa dan tidak mengerti harus apa. Bodoh sekali saya membeli beberapa buah silet dan sengaja saya goreskan setiap hari dengan harapan saya segera tersadar. Tapi jujur saja, rasanya tidak sakit. Saat melihat darah mengalir dari lengan kiri saya, ah benar - benar puas. Seolah masalah yang tidak tahu apa perkaranya terangkat begitu saja. Awalnya tidak ada yang mengetahuinya karena saya juga jarang cerita. Tapi, beberapa teman akhirnya tersadar ada yang tidak beres dengan lengan kiri saya. Terbongkar sudah. Apakah saya semakin gila? Iya benar, tapi untungnya saya tidak melakukan aksi bunuh diri dengan cara yang lainnya. Tetap, dengan cara itu namun sembunyi - sembunyi dengan goresan tipis.

Bagaimana saya bisa bangkit dari masa kelam itu? Jawabannya adalah karena mimpi saya. Saya mencoba untuk kembali menulis. Saya membeli buku tebal yang saya jadikan novel karya saya pribadi (karena saat itu belum mempunyai laptop jadi harus menulis secara manual, iya menulis 300 halaman secara manual). Saya menulis kisah - kisah yang sederhana, "Mawar Putih Biru" judul novel saya yang tidak diterbitkan oleh penerbit manapun. Kisah itu saya tulis berdasarkan kisah nyata masa - masa SMP saya. Masa yang senang, sedih, kelam,semuanya. Pikiran sesat saya bisa teralihkan dengan menulis. Kebetulan juga, saat - saat kelam itu saya beberapa kali pernah menjadi perwakilan sekolah untuk lomba menulis cerpen dan lomba mading.Yah,meskipun tidak ada satupun yang menang. Sempat saya membakar semua tulisan saya di kertas folio karena merasa terpuruk dengan kata - kata orang yang terlalu menyakitkan tentang kekalahan saya, seperti, "Harusnya kamu bisa seperti kakak kelasmu dulu, menang juara cerpen sampai provinsi, kamu mah lewat!", "Tulisan kamu tidak rapi sama sekali."ah banyak, kalau diingat - ingat saya ingin menangis saja. Tapi saya bangkit, saat novel manual saya disukai oleh teman - teman sekelas. Mereka sangat mendukung saya meskipun carasaya berkarya dibilang sangat kuno. Tidak puas dengan novel manual, saya kembali berkarya dengan buku kumpulan puisi manual. Kali ini saya membuat 3 buah buku kumpulan puisi.Yah, 2 diantaranya  sudah hilang entah siapa yang meminjamnya tanpa tanggung jawab. Puisi - puisi tersebut sering dibacaoleh teman -  teman saya, bahkan mereka bawa pulang. Saya sangat senang diperlakukan seperti itu. Perlahan energi positif kembali berada di sisi saya dan saya mulai meninggalkan silet yang saya jadikan teman. Beberapa guru yang mengetahui hobi saya sangat mendukung dan saya merasa tidak sendiri berada di dunia ini. Pernah saat itu, saya kalah lomba mading, di perjalanan pulang guru saya berkata, "Kalian tidak usah kecewa. Kita boleh kalah di tampilan mading. Tapi, bapak yakin dari segi tulisan sangat bagus sekali." Dan beberapa di ekskul jurnalistik, karya saya dijadikan contoh dan mendapat pujian serta dorongan dari guru - guru pembina. Saat pelajaran bahasa Indonesia di kelas, ketika membahas karya sastra, guru saya sering memuji "Wajar puisinya bagus, yang buat  calon penulis." Saya sangat bersyukur di masa - masa akhir sekolah menengah, saya banyak dilimpahi energi positif. Tuhan ternyata masih sayang dengan saya yang belakangan suka larut dengan energi kelam. Lulus SMP jadi berkesan buat saya. "Jangan pernah berhenti menulis." "Tetap menulis ya nak." Ucapan guru - guru saya ketika perpisahan sekolah yang haru. Sungguh, tokoh - tokoh yang mulia yang membantu saya bangkit dari keterpurukan dan rasa insecure yang tinggi.

***

Ketika sudah jadi anak SMA, saya punya pacar yang sangat saya sayang. Tapi, ternyata insecure saya kembali ketika saya menjalin hubungan dengan seseorang. Pacar saya itu mantan playboy. Saya takut saja kalau dia tiba - tiba lari dari saya. Saat itu masih terlalu muda untuk tahu pacaran yang nyaman. Jadi, kami berdua terlalu memaksakan apa yang menurut dia benar dan apa yang menurut saya benar, sering terjadi peperangan. Saya sangat insecure dengan mantan - mantannya,jujur saja. Duh, mantan - mantannya itu... anak gaul semua! Saya kan tidak bisa seperti itu.Tiap malam saya kepikiran, apa saya bisa jadi seperti mantannya? Apa saya bisa lebih melampaui mantannya? Duh,pertanyaan yang tidak penting yang selalu saya beri kesempatan bertanya. Alhasil, saya sering melampiaskan rasa insecure saya kepada dia. Mencari - cari kesalahannya, ego melawan ego, tidak bisa tenang saat menghadapinya. Tapi, ajaibnya dia bertahan! Dan suasana kembali normal bahkan semakin rekat saat kelas sebelas. Yang saya tahu, saat kelas sebelas saya ingin bisa melebihi mantan - mantannya, siapapun itu. Jadi, saya mulai rajin belajar dan berubah jadi sangat ambisius. Kemana - mana bawa buku,bahkan ketika menyembah Tuhan di pura, saya sibuk dengan google di handphone saya untuk latihan soal - soal. Dari pulang sekolah saya belajar terus. Makan pun saya belajar, setiap hari seperti itu. Belajar sampai pukul 1 pagi sampai - sampai mata rasanya tertelan oleh kantungnya, pokoknya belajar jadi teman sejati saya saat itu. Saya gila dengan belajar. Ambisi saya terlalu keras sampai saya kehilangan kesempatan untuk merasa. Saya jadi over dalam menentukan target. Itu sangat bagus bagi pelajar. Buktinya, saya menjadi juara umum 1 di jurusan saya, tidak pernah mundur dari peringkat 3 besar. Tapi, saya kehilangan waktu untuk diri sendiri. Saya terlalu mengejar ambisi dan lupa kalau saya punya masa - masa remaja yang berhak saya lalui dengan ceria, bukannya dengan otak tegang dan cemas dengan masa depan setiap hari. Saya lupa rasanya menulis. Saya lupa dengan saya.

Tapi, sempat melewati hubungan yang kurang baik selama berbulan - bulan dengan pacar, membuat saya kembali menangis dengan tulisan. Saya mulai mengenal wattpad dan mulai membuat karya disana. Hanya bermodal menuliskan kisah saya sendiri, hanya bermodal jujur dengan perasaan sendiri, wattpad saya cukup dikenal di sekolah. Saat ini, karya saya yang berjudul "Matahari Belum Menyerah" sudah dibaca 4,4K. Biarlah itu jadi hiburan untuk orang lain yang sedang melewati masa patah hatinya. Hubungan saya dengan pacar kembali membaik sampai akhirnya saya kuliah. Banyak yang heran, mengapa saya tidak mengambil sastra -sastra lainnya? Kenapa harus sastra Jepang? Selain alasan saya yang ingin belajar lebih banyak tentang bahasa asing, Jepang mempunyai konsep kebahagiaan yang unik, dan saya ingin paham tentang itu! Saya sadar, hampir separuh hidup saya sudah saya habiskan dengan insecure, insecure, dan insecure. Saya ingin belajar lebih banyak dan menjadi dewasa lagi di bangku kuliah ini. Saya suka bahasa dan saya ingin bahagia.Inilah jalan yang saya pilih, saya akan berjuang sampai saya bahagia.

Kini, semuanya terasa lebih baik. Yah, meskipun hubungan saya dengan pacar sudah berakhir cukup lama. Tapi saya menghargai perjuangannya selama 3,4 tahun ini bersama saya. Saya sadar,menjalin hubungan dengan orang yang over insecure seperti saya tidak gampang dan saya sangat menghormati keputusan kami bersama untuk mengakhiri hubungan ini. Kami sadar, kalau kami terus memaksakan, kami tidak tahu mau kemana dengan ujung yang tidak jelas. Dia berhak mendapatkan yang lebih baik begitupun dengan saya.  Saya bersyukur masih bisa berteman baik dengannya, dan itu menyenangkan. Bukankah tidak semua hal harus kita miliki? Saya memang belum sembuh sempurna dari rasa patah hati ini. Tapi saya akan terus mencoba berusaha untuk sembuh, tentunya dengan cara tidak membenci dan jujur dengan perasaan sendiri. Sepertinya kalian tahu kenapa saya mulai rajin menulis lagi dan bahkan memiliki blog ini. Iya, semua karena sisi gelap dan kelam.

Saya sadar, rasa insecure yang ada dan tumbuh dewasa bersama saya tidak akan pernah bisa hilang. Dia akan terus ada ketika saya melihat sesuatu yang selalu lebih baik daripada yang saya punya. Saya hanya bisa mengontrol rasa insecure itu menjadi energi untuk bangkit dan melakukan yang terbaik versi saya sendiri. Konsistensi kini menjadi prinsip hidup saya kembali. Saya tidak ingin insecure membunuh saya. Insecure tidak bisa diputuskan rantainya, dia hanya bisa dikontrol dengan cara berbeda dari masing - masing orang.

Insecure terlalu sering muncul ketika saya terlalu larut dengan social media. Untuk itu saya bahas diawal tadi. Peranan gadget yang semakin canggih membuat tingkatan insecure semakin gila juga. Ketika saya insecure karena social media, saya sering memberi waktu untuk menenangkan diri sendiri. Mendengarkan lagu yang membuat semangat dan mencerminkan jati diri salah satu contohnya. Kemudian, saya sengaja untuk tidak terlalu aktif dalam social media 
terutama instagram). Saya mulai beralih ke youtube yang lebih bisa memberi energi positif. Namun, jika keadaan mental saya belum juga membaik, berikan waktu untuk mengerti. Jangan menghakimi diri sendiri, cari sisi lebihmu. Sabar, mungkin butuh proses berhari - hari dan itu tidak apa -apa. Belajarlah mengolah rasa yang ada didalam diri. Jangan semuanya dituangkan begitu saja kepada satu titik. Insecure akan tetap ada dan terus ada, kamu harus bisa mengolahnya menjadi energi baik.Iya, cuma kamu yang bisa, karena menurut saya tiap orang punya cara yang unik untuk bangkit dari sisi gelapnya. Kamu memilih untuk menghapus akun social media, lebih memilih untuk bercerita di fitur close friend, punya second account atau bahkan sama sekali tidak menyentuh handphone. Semuanya, cuma kamu yang tahu. Jadi,lakukan yang terbaik dari versimu!

***

Tujuan saya membuat akun ini adalah murni sebagai tempat cerita saya. Sebagai ruang untuk saya mengubah sisi gelap saya menjadi energi yang lebih positif. Apresiasi terbesar saya untuk kalian yang membaca tulisan saya. Semoga bisa memberi energi yang positif juga untuk kalian. Saya ingin menyelamatkan orang - orang yang kini mempunyai sisi gelap seperti yang pernah saya lewati. Saya belum bisa dibilang banyak makan asam garam kehidupan, tapi saya ingin berbagai kisah saya agar tidak ada korban yang jatuh karena terlalu larut menjalani sisi gelapnya. Hidup hanya sekali, jangan selalu dibawa insecure ya...kita punya jalan masing - masing yang sama baiknya.

Salam hangat,
Matahari.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

selamat istirahat sebentar, ya

  Ketika aku tanya Diana, dia menyarankan untuk mengatakan apa saja yang aku rasakan, apa saja dan kapan saja. “Kalau dia benar mencintaimu, dia akan paham dan tidak masalah dengan marahmu”. Ketika aku tanya Claudia, dia menyarankan “katakan saja jangan mengode apapun. Laki-laki terlalu bodoh untuk diberikan kata-kata halus”. Ketika aku tanya Windari, dia menyarankan “ show him random things of you ”. Ketika aku tanya Liana, dia menyarankan “omongin baik-baik saja”. Aku membenarkan semuanya. Tentang apapun yang mereka sarankan adalah ada benarnya. Tentang aku dan kamu yang terhimpit rasa bosan, yang hari ini malah mengawali pagi dengan perdebatan lalu berujung saling mengegosikan diri merasa paling berjuang dan “coba kamu baca baik-baik, coba kamu flashback ke belakang sedikit, apa pernah aku nggak ada buat kamu?” Ternyata, saran-saran memang penting sangat amat penting. Tapi, ada satu hal yang perlu dipahami. Kamu, tidak akan pernah menjadi Gus Ade, juga bukan Dino, buk...

Album Foto

  Pentingnya Punya Album Foto     Haloo, ini adalah sebagian dari sahabat-sahabatku di bangku kuliah. Gimana? cantik-cantik dan ganteng-ganteng kan ya hehehe. Iyain aja biar aku dan mereka seneng :)      Kita stop dulu bahas cinta-cintaan yaa. Aku lagi bosen membahas perasaan 2 orang manusia. Mari kita bahas perasaan banyak manusia sekarang. Sebenarnya, aku juga bingung mau memulai tulisan ini darimana. Aku juga bingung, kenapa aku bisa akrab dengan mereka. Tapi ini penting, aku ingin bercerita hal ini karena aku ingin menyimpan memori yang aku ingat disini,mungkin suatu saat aku akan rindu dan mereka susah dihubungi, tulisan ini sepertinya akan cukup membantu.      Bebicara soal persahabatan, banyak orang yang datang dan pergi di dalam hidup. Ada yang tetap tinggal karena merasa nyaman, ada yang tetap tinggal karena merasa sefrekuensi, atau ada yang tinggal karena ingin memanfaatkan saja, uh jahat. Tapi bersyukurnya, selama aku hidup aku sel...

Mencintai Makhluk Lain

Maksudnya makhluk lain disini bukan hantu ya hehe. Melainkan, tumbuhan atau tanaman atau apalah kata yang merepresentasikan mereka. Aku suka dengan sesuatu yang menyegarkan mata, sungguh itu bisa membuatku punya semangat baru. Meski banyak yang bilang aku cuma ikutan trend berkebun karena pandemi, menurutku tidak sepenuhnya seperti itu. Aku menyadari ada banyak makhluk hidup di bumi ini yang bisa kita cintai, selain manusia. Mungkin, manusia yang "sempurna" itu beberapa diantaranya sering menyakiti, makanya aku pindah haluan begini hahaha.  Bagaimana ya, ketika aku cuma ngobrol sama tanaman yang aku koleksi di kamar tanpa mendengar mereka membalas ucapanku, rasanya lega, lega sekali. Aku jadi bisa mikir jernih, "oh mungkin aku harus begini." "oh mungkin kekeliruanku ada disini." Yaaa, aku jadi bisa mengambil keputusan dan introspeksi diri secara tenang dan tanpa dihakimi oleh orang lain. Memang, beberapa masalah perlu kita utarakan kepada manusia lain, tap...