Aku Tetap Jatuh Cinta di Tahun Pertama
(Bagian Keempat)
Saat itu bulan April. Bulan kelahirannya. Aku bingung sekali memberikan hadiah apa untuknya. Iya, beberapa orang menyarankan memberikan hadiah yang bersifat "bisa dipakai." Tapi memang dasarnya aku tidak paham selera cowok dan aku tidak tahu apa yang menjadi keinginanya. Akhirnya aku memutuskan untuk memberikan foto kami berdua. Foto berdua pertama kami. Aku masih kurus saat itu. Aku masih ingat sekali betapa polosnya wajah kami. Dia yang sedang mengetik sesuatu di laptop dan akhirnya sadar kamera kemudian ikut berpose. Aku yang saat itu berdiri di belakangnya juga ikut berpose. Ah malu rasanya jika melihat foto itu. Aku tidak menyangka, dia memajang foto itu di kamarnya bahkan sampai kami putus. Terakhir kesana, aku masih melihat foto itu meskipun kacanya sudah pecah. Mungkin sekarang sudah dimuseumkan olehnya. Lumayan sedih jika mengingat foto bersejarah itu. Itulah sebabnya kenapa aku suka memberikan orang - orang terdekatku hadiah berupa foto. Iya,orang yang difoto boleh saja berubah tapi tidak dengan kenangan yang ada di foto itu. Aku suka memandangi foto. Aku bermimpi suatu saat nanti aku ingin mempunyai kamera sendiri agar aku selalu bisa mengabadikan setiap momen dalam hidupku dengan sebuah foto. Aku bahagia sekali ketika melihat banyak foto.Mereka yang di dalamnya begitu bersejarah bagiku.
Ada ketakutan jika dia tidak menyukai kado dariku.Tapi ternyata,dia sangat menyukai pemberianku di umurnya yang ke- 16 tahun. Aku senang mendengarnya. Ada sedikit drama saat memberinya kado tersebut. Kalian masih ingat temanku Yuni? Rasanya aku pernah menceritakannya entah di bagian keberapa. Dia bukan hanya teman bagiku, dia adalah sepupuku.Wajar jika kami akrab dan saling berbagi banyak hal sedari kecil, mungkin sejak masih di dalam kandungan. Dia lebih berpengalaman dalam hal percintaan dibandingkan denganku. Mantannya banyak, terakhir aku tahu adalah yang sempat kami temui saat parade antar sekolah di kabupatenku. Wajar sih,dia cantik. Nggak heran banyak cowok yang mengantri untuk jadi pacarnya.
"Nanti jam berapa?"
"Jam 5 gimana? Kesorean gak ya?"
"Aman.Pacarku bisa."
"Semoga Ibuk nggak tahu."
"Tenang aja. Asal kamu perginya bareng aku, everything gonna be ok."
"I think so,hm."
"Gini nih,kalau gak pernah nekat keluar berdua sama pacar."
"Ya gimana dong..."
"Sama yang dulu juga gapernah ya?"
"Siapa? Mantanku?"
"Iyalah.Punya satu aja masih nanya."
"Ya nggaklah...,mentok- mentok perginya sama kamu sama mantanmu waktu itu."
"Oh ya lupa haha."
"Ledekin teruss."
"Nggak sih,aneh aja. Kenapa nggak mau keluar berdua sama dia sih?"
"Nggak ngerti juga aku. Ah udahlah."
"Kalau kamu sayang sama dia, otomatis kamu juga percaya sama dia dong."
"Aku sayang, aku percaya. Tapi yah, ah udah deh yang penting nanti jadi."
Waktu berlalu cepat menunjukkan pukul 5 sore. Aku dijemput oleh Yuni untuk jogging bersama pacarku dan pacarnya saat itu. Aku nggak ahli dalam memberi atau membuat kejutan untuk orang lain. Oleh karenanya dari awal aku bilang kepadanya bahwa sore itu aku akan memberinya kado. Dia datang tepat waktu karena memang rumahnya dekat sekali dengan tempat janjian kami.
"Nih."
"Apaan nih?"
"Kado lah."
"Isinya maksudku."
"Nanti di rumah buka.Pokoknya jangan sampai pecah."
Lalu kami jogging berempat. Iya,pacarku akrab dengan pacarnya Yuni. Kita semua satu sekolah,hehe. Dan juga,mereka memang sudah kenal dari smp. Jadi yah,nggak ada canggung yang harus kami lalui. Senang. Sekitar pukul setengah 7 kami memutuskan untuk pulang.
"Makasih ya." Dia mengacak-acak rambutku di parkiran sebelum naik ke atas motornya dan melesat pulang.
Ada senyum yang tak bisa dijelaskan saat itu. Begini ya rasanya ketika senang melihat orang yang kita sayang senang. Ingin rasanya momen seperti ini sering - sering terjadi.
Move on dari bulan April. Akan aku ceritakan bulan Mei, Juni dan Juli. Jujur saja, tidak banyak yang bisa aku ingat di bulan - bulan ini. Namun,yang paling membekas adalah saat memilih jurusan. Iya, seperti yang kalian tahu, di SMA ada 2 jurusan teratas yaitu IPA dan IPS. Tapi, di sekolahku masih mempertahankan jurusan Bahasa yang yah,bagi sebagian orang adalah jurusan yang dianggap cupu dan nggak bisa bergerak dinamis seperti IPA dan IPS.
"Bingung."
"Minatmu dimana? Bakatmu dimana? Hobimu gimana?"
"Nah itu..."
"Bahasa kan?"
"Yaa..iya..."
"Yaudah,tulis bahasa dong."
"Takut nggak ada yang milih bahasa..."
"Yaudah,Bahasa kamu taruh di pilihan pertama. Pilihan kedua terserah kamu."
"Kamu apa?"
"IPA."
"Ngikut boleh?"
"Loh, nggak boleh dong. Aku sama kamu beda kalau masalah ini."
"Iya.Kamunya terlampau pintar buat aku yang bodo."
"Aku nggak bilang gitu ya."
"Iyakan aku yang bilang."
Akhirnya formnya terkumpul. Dengan keputusanku yang sebenarnya adalah ragu - ragu. Aku memilih Bahasa dan IPA. Of course, dengan bimbang.
Aku sadar aku terlahir untuk sebuah bakat yaitu membaca dan menulis. Bodohnya,aku menyadari hal ini sejak SD. Cuma,bingung saja dan belum masa depan dengan hidup mengandalkan bahasa itu seperti apa. Aku sangat suka belajar bahasa. Bahasa apapun, kecuali bahasa inggris hahaha. Aku sangat suka menulis,oleh karenanya blog ini tercipta.
Namun, sekitar 2 minggu berlalu, ketua kelas kembali membagikan form pemilihan jurusan. Kami bertanya - tanya, kenapa hal ini diadakan 2 kali? Apakah mungkin ratusan form hilang? atau tidak sesuai ketentuan?Sampai sekarang aku tidak paham alasannya.
"Oke. Ini jodohmu.Ini takdirmu.Jangan ragu lagi,please!"
Kaget banget waktu dia nyamperin aku dan menatapku dengan pandangan berbinar yang aneh seperti itu.
"Hah?Kenapa nih?"
"Jangan tulis IPA dan IPS di form itu. Cukup tulis Bahasa."
"Iyaaa, kan Bahasa aku taruh di pilihan pertama."
"Hei, kita nggak pernah tahu apa yang bakalan terjadi.Kalau kamu tetap keras kepala nulis IPA disana, kamu bisa aja nanti dapetnya jurusan itu. Ujung - ujungnya kamu nggak bisa bertahan disana, banyak mengeluh, tertekan, dan nggak bisa belajar. Aku gamau loh masa -masa SMA mu kamu sia -siain kayak gini.Coba renungkan sebentar, dimana sebenarnya kamu cocok?"
Iya,kemudian aku merenung cukup lama sampai form itu akan dikumpulkan kembali.
"Iya.Aku memilih Bahasa."
Jujur saja, itu pertama kalinya aku bisa memutuskan sebuah hal yang dibilang masa depan. Rasanya itu benar - benar menantang! Aku ingin mengulang hal itu lagi.
"Aku bangga."
"Tapi jangan malu ya punya pacar anak Bahasa, hehe."
"Kenapa harus malu?"
"Yaa, taulah ya gimana stigma -stigma tentang anak Bahasa. Hmm, cupu, nggak punya temen alias itu - itu aja, nggak fleksibel, ah banyak."
"Aku malahan bangga loh. Itu artinya kamu percaya sama diri kamu sendiri dan nggak ikut -ikutan temen."
"Hahaha.Semoga pilihanku tepat ya."
"Pasti."
"Eh, beda kelas dong nanti?"
"Kan masih satu sekolah, hahaha."
Lega rasanya memilih apa yang kita suka dan percaya. Aku yang tidak terbiasa dengan pilihan harus meyakini pilihanku itu.Semoga jalan yang dipilihkan-Nya membawaku ke masa - masa yang lebih indah.
Bulan Juli,setelah liburan panjang....
Saat pengumuman pembagian kelas untuk siswa- siswi kelas XI, saat itu aku resmi menjadi bagian dari kelas Bahasa bersama 14 orang lainnya. Mereka asik banget! Saat hari pertama kami sudah dekat seperti sudah saling mengenal bertahun - tahun.Rasanya aku akan betah disini, di takdir yang baru dan baru saja memulainya.
Ada semangat yang tidak bisa dijelaskan saat kamu menjalani hari - hari dengan sesuatu yang kamu yakini dan kamu senangi.Semoga dia-ku juga begitu dengan jurusan IPA nya. Aku semakin senang saat mengetahui kelas kami begitu dekat. Ah, ingin cepat - cepat memulai cerita di kelas XI.
"Nanti jam berapa?"
"Jam 5 gimana? Kesorean gak ya?"
"Aman.Pacarku bisa."
"Semoga Ibuk nggak tahu."
"Tenang aja. Asal kamu perginya bareng aku, everything gonna be ok."
"I think so,hm."
"Gini nih,kalau gak pernah nekat keluar berdua sama pacar."
"Ya gimana dong..."
"Sama yang dulu juga gapernah ya?"
"Siapa? Mantanku?"
"Iyalah.Punya satu aja masih nanya."
"Ya nggaklah...,mentok- mentok perginya sama kamu sama mantanmu waktu itu."
"Oh ya lupa haha."
"Ledekin teruss."
"Nggak sih,aneh aja. Kenapa nggak mau keluar berdua sama dia sih?"
"Nggak ngerti juga aku. Ah udahlah."
"Kalau kamu sayang sama dia, otomatis kamu juga percaya sama dia dong."
"Aku sayang, aku percaya. Tapi yah, ah udah deh yang penting nanti jadi."
Waktu berlalu cepat menunjukkan pukul 5 sore. Aku dijemput oleh Yuni untuk jogging bersama pacarku dan pacarnya saat itu. Aku nggak ahli dalam memberi atau membuat kejutan untuk orang lain. Oleh karenanya dari awal aku bilang kepadanya bahwa sore itu aku akan memberinya kado. Dia datang tepat waktu karena memang rumahnya dekat sekali dengan tempat janjian kami.
"Nih."
"Apaan nih?"
"Kado lah."
"Isinya maksudku."
"Nanti di rumah buka.Pokoknya jangan sampai pecah."
Lalu kami jogging berempat. Iya,pacarku akrab dengan pacarnya Yuni. Kita semua satu sekolah,hehe. Dan juga,mereka memang sudah kenal dari smp. Jadi yah,nggak ada canggung yang harus kami lalui. Senang. Sekitar pukul setengah 7 kami memutuskan untuk pulang.
"Makasih ya." Dia mengacak-acak rambutku di parkiran sebelum naik ke atas motornya dan melesat pulang.
Ada senyum yang tak bisa dijelaskan saat itu. Begini ya rasanya ketika senang melihat orang yang kita sayang senang. Ingin rasanya momen seperti ini sering - sering terjadi.
Move on dari bulan April. Akan aku ceritakan bulan Mei, Juni dan Juli. Jujur saja, tidak banyak yang bisa aku ingat di bulan - bulan ini. Namun,yang paling membekas adalah saat memilih jurusan. Iya, seperti yang kalian tahu, di SMA ada 2 jurusan teratas yaitu IPA dan IPS. Tapi, di sekolahku masih mempertahankan jurusan Bahasa yang yah,bagi sebagian orang adalah jurusan yang dianggap cupu dan nggak bisa bergerak dinamis seperti IPA dan IPS.
"Bingung."
"Minatmu dimana? Bakatmu dimana? Hobimu gimana?"
"Nah itu..."
"Bahasa kan?"
"Yaa..iya..."
"Yaudah,tulis bahasa dong."
"Takut nggak ada yang milih bahasa..."
"Yaudah,Bahasa kamu taruh di pilihan pertama. Pilihan kedua terserah kamu."
"Kamu apa?"
"IPA."
"Ngikut boleh?"
"Loh, nggak boleh dong. Aku sama kamu beda kalau masalah ini."
"Iya.Kamunya terlampau pintar buat aku yang bodo."
"Aku nggak bilang gitu ya."
"Iyakan aku yang bilang."
Akhirnya formnya terkumpul. Dengan keputusanku yang sebenarnya adalah ragu - ragu. Aku memilih Bahasa dan IPA. Of course, dengan bimbang.
Aku sadar aku terlahir untuk sebuah bakat yaitu membaca dan menulis. Bodohnya,aku menyadari hal ini sejak SD. Cuma,bingung saja dan belum masa depan dengan hidup mengandalkan bahasa itu seperti apa. Aku sangat suka belajar bahasa. Bahasa apapun, kecuali bahasa inggris hahaha. Aku sangat suka menulis,oleh karenanya blog ini tercipta.
Namun, sekitar 2 minggu berlalu, ketua kelas kembali membagikan form pemilihan jurusan. Kami bertanya - tanya, kenapa hal ini diadakan 2 kali? Apakah mungkin ratusan form hilang? atau tidak sesuai ketentuan?Sampai sekarang aku tidak paham alasannya.
"Oke. Ini jodohmu.Ini takdirmu.Jangan ragu lagi,please!"
Kaget banget waktu dia nyamperin aku dan menatapku dengan pandangan berbinar yang aneh seperti itu.
"Hah?Kenapa nih?"
"Jangan tulis IPA dan IPS di form itu. Cukup tulis Bahasa."
"Iyaaa, kan Bahasa aku taruh di pilihan pertama."
"Hei, kita nggak pernah tahu apa yang bakalan terjadi.Kalau kamu tetap keras kepala nulis IPA disana, kamu bisa aja nanti dapetnya jurusan itu. Ujung - ujungnya kamu nggak bisa bertahan disana, banyak mengeluh, tertekan, dan nggak bisa belajar. Aku gamau loh masa -masa SMA mu kamu sia -siain kayak gini.Coba renungkan sebentar, dimana sebenarnya kamu cocok?"
Iya,kemudian aku merenung cukup lama sampai form itu akan dikumpulkan kembali.
"Iya.Aku memilih Bahasa."
Jujur saja, itu pertama kalinya aku bisa memutuskan sebuah hal yang dibilang masa depan. Rasanya itu benar - benar menantang! Aku ingin mengulang hal itu lagi.
"Aku bangga."
"Tapi jangan malu ya punya pacar anak Bahasa, hehe."
"Kenapa harus malu?"
"Yaa, taulah ya gimana stigma -stigma tentang anak Bahasa. Hmm, cupu, nggak punya temen alias itu - itu aja, nggak fleksibel, ah banyak."
"Aku malahan bangga loh. Itu artinya kamu percaya sama diri kamu sendiri dan nggak ikut -ikutan temen."
"Hahaha.Semoga pilihanku tepat ya."
"Pasti."
"Eh, beda kelas dong nanti?"
"Kan masih satu sekolah, hahaha."
Lega rasanya memilih apa yang kita suka dan percaya. Aku yang tidak terbiasa dengan pilihan harus meyakini pilihanku itu.Semoga jalan yang dipilihkan-Nya membawaku ke masa - masa yang lebih indah.
Bulan Juli,setelah liburan panjang....
Saat pengumuman pembagian kelas untuk siswa- siswi kelas XI, saat itu aku resmi menjadi bagian dari kelas Bahasa bersama 14 orang lainnya. Mereka asik banget! Saat hari pertama kami sudah dekat seperti sudah saling mengenal bertahun - tahun.Rasanya aku akan betah disini, di takdir yang baru dan baru saja memulainya.
Ada semangat yang tidak bisa dijelaskan saat kamu menjalani hari - hari dengan sesuatu yang kamu yakini dan kamu senangi.Semoga dia-ku juga begitu dengan jurusan IPA nya. Aku semakin senang saat mengetahui kelas kami begitu dekat. Ah, ingin cepat - cepat memulai cerita di kelas XI.
Komentar
Posting Komentar