Aku Jatuh Cinta
Seru rasanya jika awal tahun membahas tentang Cinta. Mulai dengan yang manis-manis itu baik kan? Semua orang rasanya pernah jatuh cinta bukan? Ya, tidak terkecuali aku. Jatuh cinta seperti sebuah proses yang harus manusia jalani tanpa pernah berakhir. Tidak pernah berakhir bukan berarti hanya akan jatuh cinta dengan satu orang saja seumur hidup, namun lebih kepada kuantitasnya. Dan, bukan berarti juga hal itu mematahkan pandangan tentang adanya cinta sejati. Ada banyak sekali kisah kasih tentang Jatuh cinta di dunia ini dan mustahil untuk aku ulas menurut sudut pandang pribadiku. Daripada ribet, lebih baik aku mengulas kisahku menurut sudut pandangku juga. Tenang, ini bukan kisah Dilan-Milea yang fenomenal itu. Ini hanya kisah seorang gadis yang dipanggil matahari ketika bertemu dengan kacangnya, dulu.
Iya benar, kami sudah berakhir. Ah cukup sedih sebenarnya untuk memulai menulis ini, tapi menurutku kisahku cukup memberikan sebuah pelajaran bagiku dan mungkin baginya. Sebenarnya aku bingung harus memulainya darimana, tapi aku akan mencoba untuk jujur saja. Dan jika dia melihat tulisan ini, sungguh tidak masalah karena aku tahu dia juga akan sangat setuju jika aku bisa jujur.
Pada dasarnya semestalah yang mempertemukan kami. Berawal dari teman satu kelompok ketika MOS di SMA dan akhirnya menjadi teman sekelas saat tingkat X. Aku bukanlah seseorang yang akrab dengannya dan tidak gampang akrab dengan orang tentunya, terlebih dia laki-laki dan saat itu masing - masing dari kami sudah mempunyai pasangan. Namun, semesta nampaknya lebih ingin jika kami yang bersama.
"Boleh minta buku gambarnya?"
Saat itu masih jamannya menggunakan BBM sebagai sarana komunikasi dan pada saat itu aku menulis status untuk temanku yang kalau tidak salah seperti ini " Besok aku bawa buku gambarnya, undelive." Ya, salah satu cara yang digunakan jika chat kita tidak terkirim alias undelivery. Alay sih, tapi semua orang pernah alay juga bukan? Haha. Benar dugaan kalian, dia mengomentari statusku. Yah, sebagai teman sekelas yang baik aku balas dengan sopan dan tidak berlebihan. Tapi tidak aku sangka, dia semakin sering untuk menghubungiku dan ketika di kelaspun, dia selalu ingin mendekatiku. Bagaimana denganku? Agak risih jujur saja. Tapi ternyata.... cara dia mendekatiku benar - benar berbeda dan membuatku tertarik. Dia memperlakukanku selayaknya teman dekat namun dia tidak ingin benar - benar menguasai kehidupan sehari - hariku. Yang membuatku kaget, dia mempercayaiku sebagai teman curhatnya. Saat itu dia belum kenal denganku sepenuhnya. Namun sudah memberi sebuah kepercayaan, itu sesuatu yang tidak main - main menurutku. Meskipun hanya sebagai teman curhat, dalam pandangan hidupku, hal tersebut bukanlah hal kecil dan sembarangan. Bukan, dia tidak curhat masalah asmara, pokoknya curhat masalah serius saat itu. Responku? Mendengarkan dengan baik dengan perasaan yang masih heran. Sesekali memberi saran yang menurutku baik tentunya. Nah, semenjak saat itulah hubungan kami semakin intens berlangsung. Di sekolah, di rumah, rasanya dimanapun selalu ada dia! Dia punya karakter yang unik dan tidak buat aku mati rasa seperti cowok lainnya yang pernah mendekatiku dengan cara yang sangat biasa dan membosankan, termasuk mantanku.
Dia tidak tahu, aku orangnya to the point jika masalah seperti ini. Dia juga tidak tahu aku pernah mengirimkan surat cinta kepada seseorang saat aku SMP dulu, ah itulah aku yang malas jika diajak memutar tidak jelas. Dan saat itu aku menuntut kejelasan tentunya.
"kamu suka sama siapa sebenarnya?"
"Ah? Kok nanya gitu?"
"Emang gaboleh tahu?"
"Boleh."
"Jadi, siapa?"
"Minta bukumu sama pensil."
"Buat apa sih?"
"Malu kalau bilang langsung, harus ditulis."
"Oh gitu."
Dan di buku tulisku dia menuliskan angka 3. Cukup bingung.
"Siapa 3?"
"3 dalam bahasa asing."
"Three, siapa?"
"Bahasa asing."
Memang, saat itu bahasa asing yang kami pelajari hanya bahasa inggris dan bahasa Jepang. Jadi...
"San? Siapa?"
"Bagus. San dalam bahasa Inggris kalau di-Indonesiain artinya apa?"
"Matahari?"
"Betul. Yang aku panggil matahari siapa?"
"A...aku?"
"Nah itu tau."
"Minta penghapus."
"Buat apa lagi?"
"Ngehapus ini lah. Kasian bukumu."
"Ya...yaudah..."
"Kamu gimana?"
"Apanya?"
"Aku nanya balik nih. Siapa orang yang kamu suka?"
"Kamu lah."
Aku tahu saat itu dia kaget sekali. Mungkin heran juga kenapa aku bisa menjawab secepat itu tanpa ragu haha. Sampai detik ini, yang dia tidak tahu adalah...,buku itu tidak pernah aku jadikan buku catatan dan buku pr, tidak pernah aku buang dan bekas tulisan yang dihapus... Aku tebalkan lagi agar aku tidak lupa bagaimana dulu kami saling mengungkapkan perasaan.
Aku ingat sekali, saat itu ada kunjungan siswa dari Australia ke sekolahku. Saat itu sedang masa-masa UTS, namun karena ada kunjungan UTS pada hari itu ditiadakan dan diganti hari. Hari itu hari kamis. Setelah melihat pertunjukan dan penyambutan di aula sekolah, aku kembali ke kelas dengan teman-temanku. Aku tidak tertarik dengan bule, sungguh. Saat di kelas, salah satu teman menghampiriku. Namanya Ita.
"Ayo jajan di kantin."
"Hah? Sekarang? Aku nggak pengen jajan."
"Yaudah kalau gitu anterin aja aku."
"Yang lain deh, males keluar."
"Nggak ah, kamu aja. Ayooo."
"Hemmm. Yaya."
Sampai di kantin...
"Weh aku lupa bawa uang! Pinjem uangmu dulu dong."
"Aku nggak bawa uang juga,yaudah deh ayo balik ke kelas dulu."
"Eh jangan!"
"Loh?Kenapa jangan?"
"Hmm."
"Kenapa sih?"
"Aaaa maafin akuu, aku gabisa bohong..."
"Ada apa?"
"Dia mau nembak kamu hari ini... Akunya disuruh ngebantuin... Bukan cuma aku sih, temen-temen sekelas pokoknya."
"Haaa??"
"Plis banget nanti kamu pura-pura gatau yaa, pura-pura kaget yaa."
"Iyadeh. Terus sekarang gimana dong?"
"Yaudah anterin aku ke kelas, tapi kamu gaboleh masuk. Oke?"
"O..ke.."
Kalian tahu, jantungku saat itu benar-benar memerlukan pompa. Ingin mati rasanya saat itu. Seluruh udara di sekolah rasanya sesak oleh bunga-bunga, ah aku malu sekali!
Sesuai janjiku dengan Ita, aku pura-pura. Saat ingin masuk ke ruangan kelas, dia menungguku di depan pintu kelas. Sumpah, aku gak pengen lihat wajahnya saat itu saking malunya. Tiba-tiba dia menutup kedua mataku dengan tangannya dari belakang. Dia menuntunku ke dalam kelas dan...
Di papan tertulis " Would you be mine?" lengkap dengan gambar-gambar hati di sekelilingnya, ah maluuuu. Aku menutup mulutku seakan aku kaget, tapi sebenarnya aku ketawa karena sudah tahu rencana penembakan hari ini haha jahat sekali aku.
Lalu, dia memegang kedua tanganku dan mengucapkan
" Kamu tahu kan aku sayang sama kamu. Mau nggak kamu jadi pacarku?"
Tanpa ragu dan tanpa basa basi karena aku juga tidak suka basa basi, aku menjawab
"Iya, mau."
Apa yang ada di benak kalian selanjutnya? Berpelukan? Oh bukan hahha. Yang lain pada bersorak dan memberikan selamat kemudian aku dan dia kembali duduk di bangku masing-masing seolah tidak terjadi apa-apa. Tegang mungkin dia haha.
Tepat hari itu, Kamis, 23 September 2015 kami menjadi seorang pacar.
Oh yaa, aku lupa! Aku pernah bilang ke dia
"Kalau mau jadi pacarku harus pinter ya. Harus dapat 5 besar di kelas."
Dia menjawab
"Iya tenang aja."
Ajaibnya, ketika mendapat raport hasil ulangan tengah semester, dia menghampiriku.
"Liat deh."
"Eh kok bisa?? Aku nggak nyuruh kamu dapet peringkat 3 besar loh!"
Kaget, senang-senang kesal rasanya. Dia berhasil meraih peringkat 2. Dan aku harus puas dulu dengan peringkat 6. Kasihan aku haha, malu banget pokoknya.
Beberapa hari setelah aku resmi pacaran, aku sempat bertanya padanya.
" Kenapa nembak aku tanggal 23?"
"Aduh panjang banget kalau dijelasin."
"Nggak apa, aku mau dengerin kok."
"Oke."
"Kamu lahir tanggal berapa?"
"Tanggal 2"
"Matahari dalam bahasa inggris kalau dijepangin jadi angka berapa?"
"3"
"Jadi arti dari 23 itu apa?"
"Aku matahari?"
"Bukan."
"Terus?"
" Kamu segalanya."
"Hah? Bisa gitu ya?"
"Bisa dong, semua tanggalnya punya kamu, sampai bulan Septembernya juga punya kamu."
"Kok gitu?"
"Kamu kan lahir bulan September."
"Oh iyaa."
"Nggak ada aku di tanggal jadian kita. Semuanya untuk kamu."
"Makasih kalau gitu."
"Tapi sehabis ini ada yang ribet."
"Apa?"
"Aku harus nyiapin hadiah double di bulan September. Satu untuk ulang tahun kamu. Satunya lagi untuk hari jadian aku sama kamu hahha."
"Bisa gitu ya hahha."
Dengan kejadian itu aku benar-benar semakin percaya dengannya, semakin memberikan seluruh hatiku untuk dia miliki. Padahal aku orangnya pelit kalau masalah hati.
Komentar
Posting Komentar